Ini adalah Sore yang biasa, dan seperti biasa aku melakukan aktifitasku di kebun.
Yup! Aku sangat suka berkebun, rumah ku memiliki kebun belakang yang lumayan besar. Aku menanaminya dengan berbagai macam bunga dan ada 1 pohon apel, tapi aku lebih suka rerumputannya. Warna hijau yang menyejukkan mata. Hijau adalah warna kesukaanku.
Setelah menyiram tanaman aku biasanya mengeluarkan kursi lipatku dan meletakkannya di bawah pohon apel favorit ku. Begitu juga hari ini, tak lupa aku membawa camilan dan minuman juga buku. Sejauh ini bacaan yang tak pernah bosan ku baca adalah tentang legenda masyarakat Nordik. Tentang dewa-dewa mereka, tentang cerita-cerita mereka, buku itu membawaku berhayal jauh..
Dan aku tidak menyangka sesuatu yang akan merubah duniaku dimulai sore ini..
***
BLAAAAAAAMMNNN!!
Suara itu mengagetkanku, ternyata aku tertidur, masih dibawah pohon apel dan akupun meraih handphone untuk melihat jam, sudah jam 8 malam. Aku mencari arah suara keras tadi, tapi sebelumnya aku kembali masuk ke rumah untuk mengambil senter. Di rumah ini aku tinggal sendiri sejak kuliah, aku memutuskan untuk tinggal sendiri di kota yang berbeda dengan orang tuaku.
Aku masih mencari suara itu, sampai di lantai atas rumah, aku mengendap-endap karena merasa ada sesorang disana.
“uughh…”
Aku mendengar suara erangan pria, aku kembali mengendap kebawah untuk mengambil stik golf ku, kalau-kalau itu adalah maling.
Aku pun kembali keatas, setelah menenangkan diri aku kembali melihat dengan jelas kearah suara tadi sambil menyorotkan senterku. Ada sesosok tubuh lelaki tinggi yang tergeletak disana.
“ughh..”
Laki-laki itu kembali mengerang, aku mendekatinya masih bersenjatakan stik golf dan senter.
“siapa kamu?” aku bertanya kepadanya.
“uggh,, bisakah kau menyingkirkan cahaya itu dari wajahku? Itu sangat menyiksa..” ujarnya sambil bergeser menjauh. Suaranya berat, namun terdengar indah di telingaku.
“oh, maaf maaf..” dan aku buru2 mengarahkan senterku kearah lain. “kau belum menjawab pertanyaanku.”
“Loki, aku Loki..”
“loki?” pikirku. Sepertinya nama itu familiar.. “apa kau terluka? Kenapa kau bisa sampai disini?” tanyaku sambil mendekat pelan.
“aku diusir dari Asgard. Bisakah kau membantuku berdiri? Aku rasa kaki ku sakit..”
“Asgard? Nampaknya aku pernah mendengar nama itu juga..” kata ku dalam hati. “tidak, sebelum kau berjanji tidak akan melakukan hal jahat padaku!”
“okay, okay, kau bisa memegang kata-kataku..” ujarnya.
Akupun membantunya berdiri, sangat susah. Tingginya kira-kira 187cm, sedangkan aku hanya 163cm. dengan susah payah akhirnya kami sampai di bawah, aku menidurkannya di kamar tamu, kamar tempat biasanya keluargaku tidur jika berkunjung.
Setelah memastikan dia nyaman, aku menyalakan lampu kamar karena tadi aku terlalu sibuk menopang tubuhnya. Lampu pun menyala, aku berbalik untuk melihatnya. Sesaat aku terkesima..
Matanya berwarna hijau terang, wajahnya tirus namun tampan dengan rambut hitamnya. Dia memakai seragam, atau baju berwarna hijau-hitam dengan sediki aksen Gold dibeberapa bagian.
“hello..” katanya. “kau baik-baik saja?” dia kembali bertanya.
“eh, iya aku baik-baik saja. Bagaimana kakimu? Coba sini aku lihat” aku mendekati ranjang, meraih kakinya, dia memakai sepatu boot tinggi dan celana panjang yang tebal. Aku mencoba berkali-kali namun aku tak tahu bagaimana cara membukanya.
“biarkan aku yang membukanya..” sahutnya sembari merusaha membuka sepatunya sambil sesekali meringis, aku rasa karena bagian tubuh lainnya juga ada yang terluka. Saat sepatu itu telah terbuka dia kembali merebahkan dirinya di ranjang.
“kau terluka tapi aku rasa tidak terlalu parah, tunggu disini, aku akan mengambilkan obat untukmu..”
“baiklah..”
Aku kembali dengan membawa kotak peralatan kesehatan, dan duduk di dekat kakinya. Aku mengobatinya sambil terus berpikir keras dimana aku pernah mendengar kata ‘loki’ dan ‘Asgard’. Aku pun heran kenapa bisa dengan gampang percaya pada orang ini, tapi matanya yang sayu membuatnya terlihat sebagai orang baik. Tak ada satu kata pun yang terucap diantara kami. Sesekali aku mencuri pandang kearahnya, dia sedang melihat kearah lain, tatapan matanya memancarkan kesedihan.
“oke, sudah selesai. Dan sekarang kau bisa ceritakan bagaimana kau sampai bisa ada di lantai 2 rumahku cengan penuh luka begini?”
“ceritanya panjang, mungkin untuk duniamu ini cerita yang menggelikan..”
“duniaku? Memangnya ada berapa dunia? Haha” canda ku.
“Sembilan” sahutnya.
“err.. okay, kau hanya perlu menceritakannya aku ingin tahu..aku janji tidak akan menertawakannya”
“baiklah. Aku Loki, orang-orang di duniamu mengenalku sebagai dewa kejahatan yang licik. Aku berasal dari Asgard, dunia para dewa. Aku terjatuh di duniamu karena ada suatu hal, mungkin lain kali aku akan menceritakannya.” Dia kembali menatap jauh kearah lain. “apakah kau takut padaku sekarang?”
Aku terdiam untuk beberapa saat. “haha yang benar saja, kau tidak sedang menghafalkan dialog untuk sebuah teater?? Hahaha”
“kau janji tidak akan tertawa!”
“hahah maaf maaf, hanya saja aku tidak bisa mengerti, loki, asgard, itu hanya ada dalam legenda masyarakat nordik, dan aku hanya mengetahuinya dari buku yang kudapat dari toko loak..”
“huh..” dia hanya mendengus, dia terlihat merajuk dan itu terlihat sangat lucu..
“baiklah, aku sudah minta maaf kan.. mungkin kau bisa membuktikan kalau kau benar adalah Loki?”
Krrruuukkkk….
Wajah Loki pun memerah.. “maaf..” katanya
“kau belum makan? Yaampun tuan rumah macam apa aku ini, sebentar kau akan kuambilkan makan dan minuman..”
Akupun pergi ke dapur untuk melihat makanan apa yang aku bisa sajikan. Ternyata Cuma ada roti dan daging, maka aku membuatkan sandwich dan sekotak jus orange. Aku kembali ke kamar untuk menemuinya.
“maaf, hanya ini yang dapat kutemukan di dapur..” aku duduk didekatnya, membantunya duduk dan memberikan sandwich itu kepadanya. Loki memakan sandwich itu perlahan, aku masih terus memandanginya.
“jangan memandangku seperti itu..aku malu..” katanya.
“haha okay okay..” aku berdiri “ kau mungkin ingin istirahat, jadi aku akan meninggalkanmu, karena aku juga ingin tidur, besok aku ada kuliah..” aku berjalan ke pintu.
“hey!” Loki memanggilku.
“hm? Apa?”
“namamu.. siapa namamu?”
“lynx.. namaku lynx..”
“terimakasih lynx..” katanya
“sama-sama Loki..”
Akupun menutup pintu kamar itu.
Sampai dikamarku, aku masih tidak habis pikir kenapa aku dengan gampang menerimanya… dan akupun tertidur.
***
PART 2 BISA DILIHAT DISINI => part 2
0 komentar:
Post a Comment
TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)