"Besok pukul 9 pagi kamu harus ke kantor, mereka akan memberitahumu artis mana yang akan kau asisteni.."
"Itu artinya kau akan menetap di Korea kan?" Tanya Jae-Hwa.
"Ya! tentu saja!" Dan aku bisa menlihat senyumnya kembali terkembang.
"Eh? Kenapa? Nampaknya yang lebih bahagia dengan kabar ini malah kamu.." Tanyaku
"Ti..tidak" Ia nampak salah tingkah. "Ah! itu pesanan kita datang..! Makan yang banyak, mulai besok kamu akan sibuk.."
Selesai makan, Jae-Hwa mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Nih, untukmu.." Ujarnya sambil menyerahkan kepadaku sebuah kotak kado, lalu kubuka. Oh! isinya handphone! dengan warna putih mutiara!
"Kamu memelukannya, jadi kamu bisa menghubungiku kapan saja." Jawabnya sambil terus tersenyum.
"tapi kamu nggak perlu melakukannya, aku akan membeli sendiri.. aku tak ingin pada akhirnya punya hutang budi padamu.."
"Aku nggak mau tau pokoknya kamu harus terima!" Tegasnya.
"Kita baru saja dekat beberapa hari, belum lama, tapi kenapa kau bisa sangat baik seperti ini?"
Ia tampak terdiam sejenak." Aku pun nggak tau, mungkin karena aku sudah terlalu lama sendiri, dan aku bahagia saat ada kamu. Nah sekarang tekan yang ini.."Katanya sambil menunjukkan lambang telepon pada layar handphone itu. Kulakukan seperti yang disuruhnya. "Lalu tekan nomor 3 agak lama.." Saat ku tekan, layar menunjukkan bahwa aku melakukan panggilan ke nomor Jae-Hwa, dan handphonenya berbunyi.
"Sekarang jika kau memerlukanku tinggal pencet saja nomor itu.. nomor 1 dan 2 adalah nomor
mu yang lain.." Jelasnya.
"Iya, Nomor 1 adalah panggilan untuk Ethan, kakakmu, dan nomor 2 adalah nomor Alan.."
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku tanda aku paham.
Disinilah aku, berdiri di deoan gedung tinggi menjulang yang akan menjadi tempat kerjaku. AKu mengenakan pakaian kerja sederhana, karena memang aku tidak membawa banyak pakaian untuk ke Korea. Aku mengenakan celana panjang warna hitam, hem merah maroon dan cardigan hitam, dan tentu saja sepatu High heels sialan ini yang kali lalu hampir membuat ku jatuh.
Aku berjalan dengan hati-hati namun tetap menjaga langkahku agar tetap anggun. Ku anggukkan kepalaku setiap bertemu orang-orang, dan menyapa mereka. Aku harus bersikap ramah terhadap siapapun, biar bagaimanapun juga aku orang baru disini, jangan sampai membuat kesan buruk.
Ku masuki kantor Lee Mi-Hyun.
"Hello! Selamat pagi darling!" Ia bangkit dari duduknya dan menyambutku lalu ber-cipika-cipiki. Aku hanya tersenyum, syukurlah bosku ini orangnya sangat baik.
"Sini, sini silakan duduk." Ujarnya. "Tunggu sebentar ya, Mr. Jang akan datang sebentar lagi, kurasa.. soalnya dia agak sibuk akhir-akhir ini, dan tanpa asisten rasanya sangat mustahil dia bisa mengatur semua jadwalnya. Kamu mau minum apa?"
"Air mineral saja, terimakasih.." kataku, dan dengan segera ibu Lee memanggil sekertarisnya untuk mengambilkan.
Saat aku sedang meminumnya, tiba-tiba pintunya terbuka dan seorang cowok masuk. Itu dia! Orang yang waktu itu!!
"Nah, Cindy, ini Mr. Jang, dan Mr. Jang ini Cindy asisten baru mu." Direktur Lee menjelaskan. Cowok yang disebut dengan Mr. Jang itu membungkukkan badannya namun terlihat ogah-ogahan. Apakah ada yang salah??
"ku pikir kamu sidah membuang jauh high heels itu.." Dia mencibir.
Aku terkejut! begitukah caranya menyambut orang baru? huh! kurang ajar! dia belum tahu siapa aku! Namun aku harus bersikap santai.
"Aku nggak punya cukup uang untuk membeli sepatu yang kuinginkan." Aku menjawab dengan nada santai. Namun nampaknya suasana jadi agak sedikit kaku. Tapi kemudian Direktur Lee bisa mengatasinya, ia berkata kami akan menjadi sahabat setelah ini, hanya perlu penyesuaian, semua akan berlalu sejalan dengan waktu. Ia lalu meninggalkan ruangan dengan alasan memberikan waktu untuk kami saling mengenal.
Mr. Jang duduk di sofa di seberangku dan mulai membaca data riwayat hidupku ang terletak di meja.
"Cindy.." Ia menyebutkan namaku agak keras. "Disini tertulis bahwa kamu lulusan
Hospitality."
"Iya, memangnya kenapa?"
"Lalu apa yang membuatmu merasa yakin kamu dapat bekerja di bidang hiburan seperti ini? terlebih lagi sebagai asistenku." Tanyanya dengan nada yang sedikit mengejek. Oh cowok ini sangat menjengkelkan!
"Jika aku tidak masuk dalam kualifikasi, tentunya Direktur Lee tidak memilihku. Mungkin seharusnya kamu ada saat aku sedang interview." Balasku. hah! kena dia! Oh Tuhan bagaimana aku dapat bekerja dengan cowok ini..
Tak seberapa lama, Direktur Lee masuk kembali dan menemukan aku dan Mr. Jang saling terdiam.
"Oh ayolah kalian berdua! Tidakkah kalian bisa berteman?" Ujarnya
"Aku tidak butuh Asisten seperti dia!" Cowok itu sedikit berteriak. Aku sangat terguncang. "Coba lihat dia!" Cowok itu menudingku dengan telunjuknya. "Dia bahkan tidak memiliki style yang cocok dengan
image-ku!"
"Oh, tolonglah, kmu hanya membuat-buat kan!" Kata Direktur Lee. Lalu ia berbalik padaku "Maaf ya, dia memang sifatnya seperti itu, tapi sebenarnya dia baik kok, lihat saja nanti.." ia berkata padaku.
Aku tersenyum sebaik yang aku bisa walaupun hatiku sebenarnya masih sangat terguncang.
"Sekarang mari kita duduk saja, ada hal yang harus ku diskusikan dengan kalian."
Selama 2 jam lebih kami membicarakan tentang pekerjaan dan
job desk-ku.
Aku tidak harus bersama Mr. Jang 24 jam sehari meskipun aku asistennya. aku hanya perlu mendampinginya saat-saat bekerja dan mengatur semua jadwalnya mulai dari syuting, pemotretan,
fan meeting hingga wawancara baik
on air maupun
off air. Aku juga harus memperhatikan betul makanannya selama acara-acara yang ku dampingi karena Mr. Jang memiliki alergi terhadap beberapa jenis makanan. Daftarnya akan dikirimkan Direktur Lee ke emailku.
Setelah selesai semua, Direktur Lee meminta aku dan Mr. Jang untuk pergi jalan-jalan berdua, setidaknya itu dapat membuat kami saling mengenal lebih dekat. Kami setuju, dan saat berjalan keluar gedung aku tetap harus selalu berjalan dengan hati-hati karena sepatu sialan ini.
Mr. Jang berjalan sangat cepat, aku tertinggal jauh dibelakang. Namun nampaknya ia menyadari bahwa aku tidak berjalan didekatnya, maka ia kembali.
"Sudah kubilang seharusnya kamu membuangnya..!" Dia mengomel
"Sudah kubilang aku tidak punya uang! aku akan membeli yang baru setelah aku mendapatkan gaji!" Kubalas dengan agak ketus, ia hanya mencibir.
"Lepas saja." Ujarnya
"Apa?"
"Lepas saja sepatumu.." ulangnya
"Tapi.kenapa?"
Ia tidak menjawab, hanya menatapku dengan tajam. Oh rasanya sangat mengintimidasi! aku tidak tahan sehingga aku menuruti apa maunya, ku lepaskan sepatu itu satu persatu.
Ternyata ia melakukan hal yang sama, ia melepaskan sepatunya dan mendorongnya mendekat ke arah kakiku.
"Nih, pakai ini." Katanya.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Seorang laki-laki tidak akan membiarkan perempuan kesulitan, kau akan malu kalau tidak pakai sepatu, aku baik-baik saja. Aku hanya mencoba bersikap sopan. Cepat pakai" Jawabnya. Aku memakai sepatunya, walaupun agak kebesaran tapi lebih nyaman ketimbang dengan high heels.
Kami melanjutkan perjalanan ke garasi mobil di
basement, aku melihat kearah kakinya yang telanjang. Apakah benar ia baik-baik saja? hmmm mungkin Direktur Lee benar, ia sebenarnya baik namun memang sifatnya kurang ajar.
"Kamu bisa menyetir?" Ia bertanya saat kami sudah masuk kedalam mobilnya.
"Bisa, tapi aku belum memiliki SIM di Korea."
"Segeralah mengurusnya, bilang saja pada Direktur Lee, biar dia yang mengatur,"
Aku mengangguk.
"Lalu, kita akan pergi kemana?" Tanyaku.
"Aku nggak tahu.."
Aku melirik jam di
dashboard mobilnya, hampir pukul 2 siang ternyata.
"Bagaimana kalau makan siang?"
"Boleh juga, dimana?" Ujarnya.
"Kau yang pilih, aku masih belum akrab dengan tempat-tempat di Korea. Tapi apa kamu yakin kamu baik-baik saja? kamu tidak memakai sepatu, ingat?"
"Hmm.. Kalau begitu ke Mall saja, aku akan membeli sepatu lainnya disana. Tapi, tunggu dulu.. pasti nanti disana akan ada banyak Fans dan aku sedang tidak ingin bertemu mereka.."
"Bagaimana kalau ke apartemenku saja? Aku bisa memasakkanmu sesuatu yang dapat kutemukan bahannya di kulkas.." aku tersenyum.
"Yakin?"
"Tentu saja, dan daerahnya juga sangat tenang, kamu pasti suka."
Ia mengangguk dan mulai menjalankan mobilnya untuk pergi ke apartemenku.
Handphone ku berdering. Saat kulihat
Caller ID-nya ternyata dari Jae-Hwa.
"Hallo, Jae-Hwa.."
"Hey, apakah kamu sudah siap untuk pulang?"
"maaf, tapi aku sudah pulang bersama Mr. Jang.."
"Mr. Jang?" ia bertanya.
"Iya, artis yang aku asisteni.."
Jae-Hwa terdiam sesaat. "Hmm.. baiklah, aku senang jika kau baik-baik saja. Ok, sampai jumpa.." dan ia menutup panggilannya.
"Siapa? Pacarmu ya?" Mr. Jang bertanya.
"Oh, bukan Jang-seongsaengnim.. dia sahabatku, orang yang telah membantuku selama aku di Korea.." Jawabku.
"jangan terlalu formal denganku. Aku masih 24 tahun, panggil namaku saja."
"Maaf tapi aku belum tahu namamu, sedaritadi Direktur Lee memanggilmu dengan Mr. Jang.."
"Jang Geun Suk." Ia mengulurkan tangan kanan sembari tangan kirinya masih memegang setir dan pandangan matanya tetap ke arah jalan.
Aku menyambut tangannya, wow, halus sekali.."Senang mengetahui namamu, Geun Suk."
Dia tersenyum.
Kami tiba di Apartemen. aku mempersilakannya masuk ke flat ku.
"Dimana kamar mandinya? aku ingin mencuci kaki ku.."" Ia menunjukkan kakinya yang telapaknya menghitam.
"Itu disana.." Aku menunjukkannya.
"Kalau aku sekalian mandi tidak apa-apa kan?"
"Err.. silakan, tapi aku tidak memiliki handuk cadangan, aku baru saja pindah.." Jawabku.
"Pakai punyamu saja."
"Be..benarkah tidak apa-apa? ada di dalam kamar mandi, silakan pakai saja kalau kamu mau.." dan dia masuk ke kamar mandi.
Selagi ia mandi, aku membuka-buka kulkas mencari bahan makanan yang bisa di buat. aku menemukan sayur-sayuran dan daging sapi. Aku bisa membuat nasi goreng sapi nih, pikirku.
Eh tunggu dulu, dia ada alergi terhadap daging sapi nggak ya? Sebaiknya aku bertanya dulu.
Aku mendengar suara shower-nya. ku ketuk pintunya. "Geun Suk,, naaf tapi apakah kamu alergi daging sapi?"
Dia mematikan showernya. "Nggak kok, aku nggak alergi daging sapi.." Jawabnya.
"Oh baiklah, silakan lanjutkan mandimu.."
Aku kembali ke dapur dan memasak.
"Apa yang kamu masak?" Geun Suk bertanya dari belakangku. Aku sangat kaget karena aku sangat berkonsentrasi pada memasak.
"Oh, kamu bikin aku kaget saja. Aku masak naso goreng sapi, semoga kamu suka.."
"Harumnya enak.."
Aku tersipu. Aku memandangnya sejenak, rambutnya masih basah, handukku bergantung di bahunya. 3 kancingnya yang atas tidak di kancing sehingga dadanya sedikit terlihat. Aku membuang pandanganku kearah lain. "Tunggu dulu disitu, maaf aku tidak punya hiburan apapun, mungkin aku akan membeli televisi.."
"Nggak apa-apa, aku akan melihatmu memasak." Lalu ia mengambil kursi dan melihatku memasak dari ruang sebelah. Lagi-lagi aku tersipu, mukaku sampai terasa panas.
Setelah selesai, aku meletakkan makanan kami di piring dan menyajikannya. Kami baru saja akan mulai makan, dan bel pintuku berbunyi lalu diikuti suara Jae-Hwa dari intercom.
"Cindy, kamu sudah dirumah?"
Aku berlaru menuju pintu dan membukanya. "Hey, iya aku lumayan lama tadi sudah sampai.. Ada apa?"
"Nggak kok, cuma mau mengecek saja apakah kamu baik-baik saja.. Kamu sendirian?"
"Ada Mr. Jang di dalam, kami baru saja mau makan, yuk ikut..!"
"Apakah nggak apa-apa?"
"tentu saja.. yuk masuk."
Jae-Hwa masuk ke dalam menuju ruang tamu, aku mengikuti di belakangnya.
Tiba-tiba ia terhenti saat melihat Geun Suk.
"KAMU!!" Jae-Hwa berteriak ke arah Geun Suk.
Geun Suk memandang kearah Jae-Hwa, lalu berdiri dan mencibir " Lama tak berjumpa, Choi Jong-Hwa."
-----------------------------------------------END OF CHAPTER 5-------------------------------------
Catatan Penulis :
Waahh akhirnya bisa keposting juga ini tulisan, setelah seminggu lebih tertunda.. selamat menikmatii...