Wednesday, January 17, 2018

,

Pengalaman Umroh Bersama DASA UTAMA (Lombok) (Part 1)

Hallo para pembaca, sudah lama sejak saya menulis post sebelumnya. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saya melakukan Umroh.

Sebelum pelaksanaan umroh ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti:
pembuatan pasport dan Suntik Meningitis => klik disini

Seperti yang kalian tahu, bahwa saya berdomisili di Yogyakarta, tapi kenapa saya berangkat via Lombok??
Karena orangtua saya tinggal disana, mungkin pembaca setia beberapa sudah ada yang tahu karena beberapa kali sempat saya mention di beberapa postingan blog ini.

Saya berangkat dari Jogja ke Lombok pada tanggal 19 Desember 2017 dengan maskapai Lion Air. Setelah beristirahat sehari, tanggal 21 Desember 2017 perjalanan umroh dimulai.

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan travel umroh yang saya gunakan yaitu DASA UTAMA (PT. Dian Almaaz Wisata).
bordiran di tas slempang
Travel Umroh-Haji ini sudah cukup lama ada, dan merupakan travel lokal di Lombok NTB. Kalau tidak salah sudah 16 atau 17 Tahun-an, sehingga memang pengalamannya dalam memberangkatkan calon jamaah bisa dibilang sangat lumayan.

Sebelum keberangkatan, akan diserahkan jadwal harian kegiatan kita selama umroh nanti
jadwal kegiatan umroh

petunjuk keberangkatan dan kepulangan


Setiap calon jamaah umroh diberikan 3 macam tas yaitu tas slempang, tas trolly dan tas koper. Selain itu juga ada kain seragam warna merah dan pink, jilbab (untuk jamaah perempuan) serta baju koko (untuk jamaah laki-laki) dan juga mukena.

Setiap jamaah juga diberikan tanda pengenal, yang mana selama pelaksanaan kegiatan umroh tidak boleh lepas dari badan. (kecuali kalo mandi atau di hotel tentunya wkwk)

Bagian depan tanda pengenal
Tanda pengenal tersebut berisi nama lengkap dan nomor passport kita (bagian yang saya tutupi), sedangkan di bagian belakangnya ada data kontak para pengurus (jika kita tersesat/hilang)
Bagian belakang tanda pengenal
Tanda pengenal ini sangat berguna lho! Pengalaman saya saat di Madinah sangat memerlukan kartu HP untuk menghubungi keluarga dan berinternet ria, ketika akan membeli kartu perdana, kita diharuskan memperlihatkan pasport tapi pada saat itu pasport dipegang pengurus untuk mengurus birokrasi di Mekah, dan saya cukup memperlihatkan tanda pengenal ini (karena sudah ada nomor pasport) dan juga tak lupa harus men-scan sidik jari.

Segitu ribetnya di Madinah sana untuk membeli kartu perdana membuat saya berkaca pada kejadian di Indonesia saat diberlakukan peraturan menggunakan nomor KTP dan KK untuk pembelian kartu perdana sudah ribut.

Pada tanggal 21 Desember 2017 kami berkumpul di bandara karena akan terbang menuju Denpasar (Keimigrasiannya ada di Denpasar). Disini kami difasilitasi sarapan Nasi Kotak untuk persiapan keberangkatan
Penampakan Nasi Kotaknya
 Walaupun yang berangkat adalah Mama, Bapak, Tante dan Saya tapi yang mengantar keberangkatan kami hampir 1 RT wkwkwk (candaa)

duduk diselasar Bandara Internasional Lombok

Duduk sambil makan nasi kotaknya
 Sebelum keberangkatan, kami ada sedikit briefing yang membahas hal-hal selama diperjalanan nanti. Satu kelompok dengan saya ada 45 orang, yang mana rata-rata mereka sudah berusia lansia, namun semangat mereka sangat membuat saya kagum.

Briefing pagi sebelum berangkat oleh H. Dadang

Rekan-rekan satu kelompok
Setelah itu kami pun masuk ke dalam Gate untuk menunggu keberangkatan menuju Denpasar...

Akan lanjut di Part 2

1 comment:

  1. Makasi ya, artikel ini sangat membantu sekali terutama bagi jamaah yang baru pertama kali ingin umroh, apalagi ditambah dengan pengalaman uniknya..semoga menjadi haji yang mabrur...

    ReplyDelete

TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)