Monday, June 17, 2013

Requiem of Madness -Part 4-

Title : Requiem of Madness 
Chap : 4/?
Pair : meXhisoka,
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
_______________________________________________________________
“Hey, berikan kami uangmu.”
“jangan bengong saja nona cilik, atau kami akan mengambil uangmu dengan paksa”
Aku melihat beberapa orang bekerumun di suatu tempat. apakah akan ada perkelahian lagi? yah, disini, dijalanan pasar memang kehidupannya sangat keras. aku sangat tahu karena aku juga adalah seorang anak jalanan sebelum aku diangkat menjadi orang suruhan keluarga Kazuya. Aku termasuk sangat cerdas dan cekatan juga kuat. oleh karena itu keluarga Kazuya merekrutku.

“sebaiknya aku kesana, siapa tahu pertarungan kali ini seru.”pikirku. aku cepat-cepat berlari ke sumber suara. setelah sampai, aku bersandar pada sebuah pohon disekitarnya. hey! ini bukan perkelahian jalanan seperti yang aku kira.
mereka kira-kira berjumlah 7 orang sedang mengelilingi seorang gadis kecil. “Ayolah, nona cilik, berikan kami uang, kau kan orang kaya. Kami tidak percaya kalau kamu tidak membawa uang..” hmm nampaknya mereka sedang mencoba merampok anak itu. cih! memalukan, merampok dengan cara beramai-ramai seperti itu dengan korban yang masih anak-anak. aku bisa memakluminya karena dikota Kaofuku ini kesenjangan sosial sangat terasa.

tapi ada sesuatu yang aneh, anak perempuan itu tidak berteriak untuk mencoba meminta tolong, dia hanya berdiri disana mempertahankan tas nya dan dia terlihat menangis. tapi dia tidak meminta tolong. menarik! apakah dia cacat sehingga tidak bisa berteriak? aku rasa tidak. orang-orang itu kembali menarik tas si nona kecil dengan paksa. dan nampaknya nona kecil ini bukan orang sembarangan. pakaian yang dipakai sangat mewah, mungkin ada baiknya kalau aku membantunya, toh mereka bertujuh bukan tandinganku.

“Hey hey hey! kalian membuat sang putri menangis, aku tak bisa memaafkannya” aku berkata pada mereka.
“Siapa kau!” salah satu penyerang itu.
“Namaku? kalian tidak perlu tahu, karena kalian tidak pantas untuk jadi lawanku. Oleh karena itu aku minta kalian untuk melepaskan gadis itu.”
“Hah! sombong sekali kamu! apa kamu kira kamu bisa melawan kami ha?”
“Tentu saja, tapi permasalahannya adalah apa kalian bisa melawanku?” aku melangkah mendekati mereka dengan irama langkah yang tenang.
“Sudah cukup bicaranya, ayo kita bertarung! Heaaaaaa…..!!” salah satu dari penjahat itu mulai maju kearahku dan menyerang.
aku menghindar sedikit ke kiri, mencari celah terbuka untuk menyangkau badannya, dan dengan cepat aku memukul tepat di belakang tengkuknya dengan keras menggunakan pinggir telapak tanganku, itu mungkin bisa membuatnya pingsan sebentar.
dan dia pun jatuh tergeletak di tanah.
 “Siapa selanjutnya?” aku bertanya. “Kalian bisa pergi sekarang.” dan keenam orang lainnya itu pun lari terbirit-birit. nah apa ku bilang, mereka sama sekali bukan tandinganku.. aku melihat ke arah gadis kecil tadi lalu berjalan mendekatinya.

“Kau terluka, nona?” aku bertanya kepadanya, dia terlihat sangat ketakutan, airmatanya mengalir. matanya berwarna hitam pekat, dia melihatku seakan menenggelamkan aku ke dalam pandangan matanya yang indah. aku mengusap airmata yang ada di pipinya. “Jangan takut, aku tidak akan jahat padamu, aku janji.”
“Aku baik-baik saja, terimakasih sudah menyelamatkanku. Tapi aku tidak membawa uang untuk membalas kebaikanmu.” oh ternyata dia bisa berbicara, jadi mengapa dia tidak berteriak?gadis aneh..
“Aku tidak menginginkan bayaran kok, tenang saja..”kataku
“Eh tunggu aku ingat sesuatu”
dia berujar sambil sibuk membuka-buka tasnya “Ini untukmu.”dia meletakkan sesuatu di tanganku, yang ternyata adalah beberapa bungkus permen karet Bungee. aku baru saja akan berkata untuk menolak pemberiannya tapi kemudian dia memotong perkataanku “Ini adalah hari ulang tahunku, kau tidak boleh menolak apa yang kuinginkan.”
“Terimakasih, Nona.” jawabku,
“Aku yang berterimakasih kepadamu. Baiklah sudah saatnya aku pulang, terimakasih sekali lagi”. ah aku benar-benar merasa tidak enak karena permen karet Bungee termasuk kedalam permen karet mahal, orang tuaku tidak mampu membelikannya. pernah sekali waktu ayahku membawa banyak ikan dari hasil berlayar aku dibelikannya satu bungkus. aku memakannya sampai rasanya hilang dan tinggal rasa pahit.
Anak gadis kecil itu membungkuk padaku dan pamit pulang. Dia berjalan menjauh.
Dan aku menyesal tidak bertanya siapa namanya.

Braaaaakk!!!!!!
Tiba-tiba pintu ku terbuka. aku terbangun dengan waspada. lagi-lagi mimpi masa lalu itu datang. Mimpi yang membuatku tidak dapat melupakan nona cilik bermata hitam itu.
Beberapa orang berpakaian rapi jas hitam masuk menyeruak ke dalam kamarku. dan dibelakang mereka menyusul tuan Kazuya. Aku rasa aku tahu kenapa dia mau repot-repot datang kemari, ketempat tinggalku yang berada di lorong jalan pasar.

“Dasar kau monyet jalanan!” tuan Kazuya berteriak sambil menendang perutku, aku terjengkang sesaat karena aku belum siap menerima tendangannya. “Kau belum melaksanakan tugasmu!” dan dia menendangku lagi. “Aku sangat kecewa padamu!” dia baru akan mengayunkan kakinya ke arah kepalaku, sebelum akhirnya aku memegang kakinya dan melemparkannya keatas sehingga dia terjatuh.

Aku bangkit dari posisiku tadi, tuan Kazuya juga bangkit dari jatuhnya akibat kulempar.

“Kau…!!” Tuan Kazuya terlihat sangat marah, dia mengibaskan tangannya member tanda kepada para pengawal untuk menyerangku. Dan tentu saja mereka bukan tandinganku. Mereka kira-kira 20 orang menyerangku secara bersamaan, serangan mereka sangat terbuka, hal itu memudahkanku untuk menyerang balik. Dengan sekali pukul untuk satu orang lawan, mereka semua pun terjatuh, sebagian mencoba bangkit dan  banyak diantaranya yang masih terbaring, entah pingsan atau mati.

Aku menatap tuan Kazuya, dia bergidik ngeri.
“anda tidak menjelaskan secara detail tentang orang yang harus ku bunuh, anda tidak bilang dia adalah perempuan, dan aku tidak bias membunuhnya karena masa lalu kami berhubungan” aku berjalan mendekati tuan Kazuya yang badannya saat ini bergetar ketakutan. “dan anda datang masuk ke daerahku tanpa permisi, memukuliku, menghinaku. Maaf tuan, aku tidak terima” dan aku pun menyayat dengan cepat leher tuan Kazuya dengan pinggiran kartu poker ku yang tajam.

Darah keluar deras dari luka yang ku buat di lehernya, beberapa tetes mengenai baju putihku.
“ah, sekarang anda membuat bajuku kotor..” aku mengibas-ngibaskan nodanya dengan tanganku. “dan kalian, bereskan tubuh tuan kalian, dan kawan-kawan kalian, aku mau semua bersih saat aku kembali” kataku pada beberapa pengawal yang masih hidup. Dan aku melangkah keluar.

“mungkin aku harus membeli baju baru,..” pikirku sambil melempar-lemparkan keudara sebuah kantung uang yang ku ambil dari kantong tuan Kazuya.


Continue reading Requiem of Madness -Part 4-