Title : Requiem of Madness
Chap : 4/?
Pair : meXhisoka,
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
Chap : 4/?
Pair : meXhisoka,
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
_______________________________________________________________
“Hey, berikan kami uangmu.”
“jangan bengong saja nona cilik, atau kami akan mengambil
uangmu dengan paksa”
Aku melihat beberapa orang bekerumun di suatu tempat.
apakah akan ada perkelahian lagi? yah, disini, dijalanan pasar memang
kehidupannya sangat keras. aku sangat tahu karena aku juga adalah seorang anak
jalanan sebelum aku diangkat menjadi orang suruhan keluarga Kazuya. Aku
termasuk sangat cerdas dan cekatan juga kuat. oleh karena itu keluarga Kazuya
merekrutku.
“sebaiknya aku kesana, siapa tahu pertarungan kali ini
seru.”pikirku. aku cepat-cepat berlari ke sumber suara. setelah sampai, aku
bersandar pada sebuah pohon disekitarnya. hey! ini bukan perkelahian jalanan
seperti yang aku kira.
mereka kira-kira berjumlah 7 orang sedang mengelilingi
seorang gadis kecil. “Ayolah, nona cilik, berikan kami uang, kau kan orang
kaya. Kami tidak percaya kalau kamu tidak membawa uang..” hmm nampaknya mereka
sedang mencoba merampok anak itu. cih! memalukan, merampok dengan cara
beramai-ramai seperti itu dengan korban yang masih anak-anak. aku bisa
memakluminya karena dikota Kaofuku ini kesenjangan sosial sangat terasa.
tapi ada sesuatu yang aneh, anak perempuan itu tidak
berteriak untuk mencoba meminta tolong, dia hanya berdiri disana mempertahankan
tas nya dan dia terlihat menangis. tapi dia tidak meminta tolong. menarik!
apakah dia cacat sehingga tidak bisa berteriak? aku rasa tidak. orang-orang itu
kembali menarik tas si nona kecil dengan paksa. dan nampaknya nona kecil ini
bukan orang sembarangan.
pakaian yang dipakai sangat mewah, mungkin ada baiknya kalau
aku membantunya, toh mereka bertujuh bukan tandinganku.
“Hey hey hey! kalian membuat sang putri menangis, aku tak
bisa memaafkannya” aku
berkata pada mereka.
“Siapa kau!” salah satu penyerang itu.
“Namaku? kalian tidak perlu tahu, karena kalian tidak
pantas untuk jadi lawanku. Oleh karena itu aku minta kalian untuk melepaskan
gadis itu.”
“Hah! sombong sekali kamu! apa kamu kira kamu bisa
melawan kami ha?”
“Tentu saja, tapi permasalahannya adalah apa kalian bisa
melawanku?” aku
melangkah mendekati mereka dengan irama langkah yang tenang.
“Sudah cukup bicaranya, ayo kita bertarung!
Heaaaaaa…..!!” salah satu dari penjahat itu mulai maju kearahku dan menyerang.
aku
menghindar sedikit ke kiri, mencari celah terbuka untuk menyangkau badannya,
dan dengan cepat aku memukul tepat di belakang tengkuknya dengan keras
menggunakan pinggir telapak tanganku, itu mungkin bisa membuatnya pingsan
sebentar.
dan
dia pun jatuh tergeletak di tanah.
“Siapa
selanjutnya?” aku bertanya. “Kalian bisa pergi sekarang.” dan keenam orang lainnya itu pun lari
terbirit-birit. nah apa ku bilang, mereka sama sekali bukan tandinganku.. aku
melihat ke arah gadis kecil tadi lalu berjalan mendekatinya.
“Kau terluka, nona?” aku bertanya kepadanya, dia terlihat sangat
ketakutan, airmatanya mengalir. matanya berwarna hitam pekat, dia melihatku
seakan menenggelamkan aku ke dalam pandangan matanya yang indah. aku mengusap
airmata yang ada di pipinya. “Jangan takut, aku tidak
akan jahat padamu, aku janji.”
“Aku baik-baik saja, terimakasih sudah menyelamatkanku.
Tapi aku tidak membawa uang untuk membalas kebaikanmu.” oh ternyata dia bisa
berbicara, jadi mengapa dia tidak berteriak?gadis aneh..
“Aku tidak menginginkan bayaran kok, tenang saja..”kataku
“Eh tunggu aku ingat sesuatu”dia berujar sambil sibuk membuka-buka tasnya “Ini untukmu.”dia meletakkan sesuatu di tanganku, yang ternyata adalah beberapa bungkus permen karet Bungee. aku baru saja akan berkata untuk menolak pemberiannya tapi kemudian dia memotong perkataanku “Ini adalah hari ulang tahunku, kau tidak boleh menolak apa yang kuinginkan.”
“Eh tunggu aku ingat sesuatu”dia berujar sambil sibuk membuka-buka tasnya “Ini untukmu.”dia meletakkan sesuatu di tanganku, yang ternyata adalah beberapa bungkus permen karet Bungee. aku baru saja akan berkata untuk menolak pemberiannya tapi kemudian dia memotong perkataanku “Ini adalah hari ulang tahunku, kau tidak boleh menolak apa yang kuinginkan.”
“Terimakasih, Nona.” jawabku,
“Aku yang berterimakasih kepadamu. Baiklah sudah saatnya
aku pulang, terimakasih sekali lagi”. ah aku benar-benar merasa
tidak enak karena permen karet Bungee termasuk kedalam
permen karet mahal,
orang tuaku tidak mampu membelikannya. pernah sekali waktu ayahku membawa
banyak ikan dari hasil berlayar aku dibelikannya satu bungkus. aku memakannya
sampai rasanya hilang dan tinggal rasa pahit.
Anak
gadis kecil itu membungkuk padaku dan pamit pulang. Dia berjalan
menjauh.
Dan
aku menyesal tidak bertanya siapa namanya.
Braaaaakk!!!!!!
Tiba-tiba
pintu ku terbuka. aku terbangun dengan waspada. lagi-lagi mimpi masa lalu itu
datang. Mimpi yang membuatku tidak dapat melupakan nona cilik bermata hitam
itu.
Beberapa
orang berpakaian rapi jas hitam masuk menyeruak ke dalam kamarku. dan
dibelakang mereka menyusul tuan Kazuya. Aku rasa aku tahu kenapa dia mau
repot-repot datang kemari, ketempat tinggalku yang berada di lorong jalan
pasar.
“Dasar
kau monyet jalanan!” tuan Kazuya berteriak sambil menendang perutku, aku
terjengkang sesaat karena aku belum siap menerima tendangannya. “Kau belum
melaksanakan tugasmu!” dan dia menendangku lagi. “Aku sangat kecewa padamu!”
dia baru akan mengayunkan kakinya ke arah kepalaku, sebelum akhirnya aku
memegang kakinya dan melemparkannya keatas sehingga dia terjatuh.
Aku
bangkit dari posisiku tadi, tuan Kazuya juga bangkit dari jatuhnya akibat
kulempar.
“Kau…!!”
Tuan Kazuya terlihat sangat marah, dia mengibaskan tangannya member tanda
kepada para pengawal untuk menyerangku. Dan tentu saja mereka bukan
tandinganku. Mereka kira-kira 20 orang menyerangku secara bersamaan, serangan
mereka sangat terbuka, hal itu memudahkanku untuk menyerang balik. Dengan
sekali pukul untuk satu orang lawan, mereka semua pun terjatuh, sebagian
mencoba bangkit dan banyak diantaranya
yang masih terbaring, entah pingsan atau mati.
Aku
menatap tuan Kazuya, dia bergidik ngeri.
“anda
tidak menjelaskan secara detail tentang orang yang harus ku bunuh, anda tidak
bilang dia adalah perempuan, dan aku tidak bias membunuhnya karena masa lalu
kami berhubungan” aku berjalan mendekati tuan Kazuya yang badannya saat ini
bergetar ketakutan. “dan anda datang masuk ke daerahku tanpa permisi,
memukuliku, menghinaku. Maaf tuan, aku tidak terima” dan aku pun menyayat
dengan cepat leher tuan Kazuya dengan pinggiran kartu poker ku yang tajam.
Darah
keluar deras dari luka yang ku buat di lehernya, beberapa tetes mengenai baju
putihku.
“ah,
sekarang anda membuat bajuku kotor..” aku mengibas-ngibaskan nodanya dengan
tanganku. “dan kalian, bereskan tubuh tuan kalian, dan kawan-kawan kalian, aku
mau semua bersih saat aku kembali” kataku pada beberapa pengawal yang masih
hidup. Dan aku melangkah keluar.
“mungkin
aku harus membeli baju baru,..” pikirku sambil melempar-lemparkan keudara
sebuah kantung uang yang ku ambil dari kantong tuan Kazuya.