Malam sudah merambat naik..
coba tanyakan ini pada diri anda :
Sudahkah anda berbuat baik hari ini?
berapa orang yang anda telah bantu hari ini??
Ya, membantu orang walaupun dari hal-hal sederhana dan mungkin tak ada artinya bagi kita, tapi sangat berarti bagi orang lain. Pengalaman saya pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2014 yang lalu adalah salah satu contohnya.
Hari itu pulang kantor sekitar pukul 12 siang lewat 30 menit saya telah sampai di kantor SAMSAT YOGYA untuk memperpanjang sekaligus mengganti masa berlakunya plat motor saya. Selagi menunggu untuk dipanggil giliran untuk membayar ke loket, saya duduk di bangku yang memang telah disediakan untuk orang-orang yang menunggu antrian.
Tak berapa lama, datanglah mbak-mbak berkerudung duduk disamping saya.
Sambil nguping-nguping sedikit, saya mendengar bahwa si mbak itu menawarkan kepada mbak lain disebelahnya apakah dia mau membantunya untuk mengisi kuisioner.
Namun si mbak menolak, saya tidak dengar apa alasannya karena saat yang bersamaan ada nomor antrian yang dipanggil.
Si mbak berkerudung lalu beralih pada saya. Ia juga menawarkan hal yang sama.
Dengan senang hati saya mau membantunya untuk menjadi koresponden mengisi kuisionernya.
Sebagai basa-basi, saya bertanya-tanya pada si mbak.
Ternyata dia adalah mahasiswa UNY, almamater saya!
Dia mengambil jurusan Administrasi Negara dan sedang dalam masa pembuatan skripsi, kuisioner ini sebagai salah satu instrumennya.
Rupanya si mbak berkerudung sudah ada di kantor Samsat tadi semenjak pagi, saat saya tanya sudah berapa orang yang turut serta mengisi kuisioner, dia menjawab bahwa dari pagi hingga siang itu hanya ada kurang-lebih 25 orang saja. Padahal keadaan yang saya lihat saat itu nampak cukup ramai orang yang datang.
Sedangkan, lanjut mbaknya, ia perlu 300 koresponden untuk kuisioner ini.
Sepatah doa saya sampaikan semoga skripsi si mbak lancar dan dapat segera menuju targetnya untuk wisuda Agustus nanti.
Akhirnya nomor antrian saya dipanggil, saya kembalikan angket kuisioner tadi beserta bolpoinnya. Namun kata si mbak, bolpoinnya untuk saya saja.
Setelah sama-sama berterimakasih, saya menuju loket dan sekilas saya lihat si mbak menawarkan kepada orang lain untuk menjadi koresponden.
Semoga sukses ya mbak!
Saya tahu rasanya susah senang menyusun skripsi!
Continue reading Late Post : Membantu Mbak-Mbak
coba tanyakan ini pada diri anda :
Sudahkah anda berbuat baik hari ini?
berapa orang yang anda telah bantu hari ini??
Ya, membantu orang walaupun dari hal-hal sederhana dan mungkin tak ada artinya bagi kita, tapi sangat berarti bagi orang lain. Pengalaman saya pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2014 yang lalu adalah salah satu contohnya.
Hari itu pulang kantor sekitar pukul 12 siang lewat 30 menit saya telah sampai di kantor SAMSAT YOGYA untuk memperpanjang sekaligus mengganti masa berlakunya plat motor saya. Selagi menunggu untuk dipanggil giliran untuk membayar ke loket, saya duduk di bangku yang memang telah disediakan untuk orang-orang yang menunggu antrian.
Tak berapa lama, datanglah mbak-mbak berkerudung duduk disamping saya.
Sambil nguping-nguping sedikit, saya mendengar bahwa si mbak itu menawarkan kepada mbak lain disebelahnya apakah dia mau membantunya untuk mengisi kuisioner.
Namun si mbak menolak, saya tidak dengar apa alasannya karena saat yang bersamaan ada nomor antrian yang dipanggil.
Si mbak berkerudung lalu beralih pada saya. Ia juga menawarkan hal yang sama.
Dengan senang hati saya mau membantunya untuk menjadi koresponden mengisi kuisionernya.
Sebagai basa-basi, saya bertanya-tanya pada si mbak.
Ternyata dia adalah mahasiswa UNY, almamater saya!
Dia mengambil jurusan Administrasi Negara dan sedang dalam masa pembuatan skripsi, kuisioner ini sebagai salah satu instrumennya.
Rupanya si mbak berkerudung sudah ada di kantor Samsat tadi semenjak pagi, saat saya tanya sudah berapa orang yang turut serta mengisi kuisioner, dia menjawab bahwa dari pagi hingga siang itu hanya ada kurang-lebih 25 orang saja. Padahal keadaan yang saya lihat saat itu nampak cukup ramai orang yang datang.
Sedangkan, lanjut mbaknya, ia perlu 300 koresponden untuk kuisioner ini.
Sepatah doa saya sampaikan semoga skripsi si mbak lancar dan dapat segera menuju targetnya untuk wisuda Agustus nanti.
Akhirnya nomor antrian saya dipanggil, saya kembalikan angket kuisioner tadi beserta bolpoinnya. Namun kata si mbak, bolpoinnya untuk saya saja.
Setelah sama-sama berterimakasih, saya menuju loket dan sekilas saya lihat si mbak menawarkan kepada orang lain untuk menjadi koresponden.
Semoga sukses ya mbak!
Saya tahu rasanya susah senang menyusun skripsi!
Bolpoin dari si Mbak |