Chapter : 4/?
Char : Cindy, Choi Jae-Hwa, Seseorang yang Arogan
Disclaimer : All the character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! please subscribe!
This is Part 4..
Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
BONUS SCENE 1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________
Keesokan paginya..
Aku mendengar bel pintuku berbunyi. Aku melirik ke arah jam di kabinet, ternyata sudah jam 9 pagi. Aku bangun dari ranjang dn berjalan kearah pintu depan lalu membukanya. Nampak Jae-Hwa sudah berdiri disana dengan membawa nampan penuh dengan piring-piring berisi makanan.
"Jae-Hwa, sini masuk.." Ujarku sambil menahan kantuk. "Maaf aku baru saja bangun.."
Ia tertawa "Nggak papa kok, kamu pasti kelelahan. Nih kubawakan makanan.."
"Wah, makasih.. Maaf merepotkan.."
"Hey, kamu kan tamu ku, mana bisa aku membiarkan tamu ku kelaparan, bisa-bisa nanti Alan membunuhku" Ia lalu tertawa.
"Tapi maaf aku mau mandi dulu ya, kamu tunggu sebentar.."
"Oke.." Ia mengangguk dan aku tinggalkan ia sambil berlari menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, aku melihat Jae-Hwa sudah menempatkan piring-piring makanan dengan tertata rapi di meja.
"Wow, nampaknya pedas.."Ujarku
"Kau tidak suka pedas?" Jae-Hwa bertanya dengan nada khawatir.
"Tidak..tidak.. aku sangat menyukainya! Bisa kita makan sekarang?"
"Kamu sendiri saja, aku sudah makan kok tadi.."
"Oh ayo lah, temani aku makan.." Paksaku
"Baiklah.." dan kami mulai makan.
Benar saja, makanan ini sangat pedas!
"Kapan test nya berlangsung?" Tanya Jae-Hwa
"Besok jam 9 pagi.."
"Ok, ku antar kamu kesana, kamu ada alamatnya kan?"
"Iya, di buku agendaku." Aku baru saja akan bangkit dari duduk untuk mengambil buku agendaku di kamar untuk menunjukkan alamatnya pada Jae-Hwa, tapi ia memegang tanganku menahanku untuk bangkit.
"Jangan, nanti saja, selesaikan dulu makananmu.."
"I..iya.." dan aku duduk kembali sambil menyelesaikan makanku.
Setelah selesai, aku akan mencuci piring-piring kotor itu, namun Jae-Hwa melarangnya, ia bilang bahwa ia yang akan mencucinya. Maka aku pergi untuk mengambilkan buku agendaku di kamar.
Aku menunjukkan alamatnya.
"Oh aku tahu alamat ini, nggak jauh kok. Besok kuantar."
"Apa kamu yakin? Bukankah kamu juga harus pergi bekerja?" Tanyaku
"Nggak kok, aku bekerja secara online, jadi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.." Jawabnya sambil tersenyum. Dia memiliki senyum yang sangat manis.
"Eh kamu mau pergi ke suatu tempat nggak? mumpung lagi di Korea.." Jae-Hwa bertanya.
"Aku nggak tau mau pergi kemana.. Kamu deh yang tentuin."
"Hmm.. coba kupikir sebentar. OH! mau nggak kalau ke Minsok Village?
"Jauh dari sini?"
"Yah, sekitar 2 jam mengemudi.." Jawabnya.
"Nggak deh, cari yang deket-deket aja. Gimana kalau kita jalan kaki di sekeliling sini? aku pingin ngerasain jalan-jalan kaki di Korea.." Kataku.
"Oke deh kalau itu yang kamu mau, sana siap-siap. Aku balik ke Apartemenku dulu."
Dan aku pun bersiap-siap.
***
Aku memencet bel di pintunya, dan berbicara lewat intercom.
"Jae-Hwa, aku sudah siap.."
Tak seberapa lama, ia pun membuka pintunya.
WOW! ia terlihat sangat tampan! Rambut nya yang berwarna cokelat muda di tata dengan style spike, ia mengenakan pullover berwarna krem dan jeans warna hitam.
"Oke! yuk berangkat!" Dan aku dapat mencium bau parfumnya yang beraroma Vanilla. Sangat manis.
Kali ini aku memakai celana jeans biru, jaket agak tebal berwarna merah dan berkerah tinggi. Kami berjalan di sepanjang trotoar. Kami belum tahu akan pergi kemana, tapi aku menyukainya. Sepanjang perjalanan aku melihat gedung-gedung menjulang tinggi, namun pepohonan juga nampak rindang, sehingga suasananya begitu nyaman dan asri.
Kami masih tetap berjalan, namun aku semakin merasa kedinginan. Seharusnya tadi aku memakai sarung tangan, pikirku.
Kumasukkan tanganku ke saku jaket, namun tidak banyak membantu, aku masih merasa kedinginan.
"Kamu kenapa? kedinginan?" Tanya Jae-Hwa.
"Iya, harusnya tadi aku memakai sarung tangan.." Jawabku.
"Balik aja yuk, nanti kamu malah sakit." Ujarnya sambil menggenggam tanganku. "Dingin banget tanganmu!" lalu ia memegang kedua tanganku sepanjang perjalanan kami kembali ke apartemen.
Tangan Jae-Hwa sangat terasa hangat. Aku jadi merasa tenang, dan rasa dingin perlahan hilang.
"Mampir ke mini market sebentar ya, aku harus berbelanja untuk makan malam nanti." Aku mengangguk dan kami memasukki salah satu minimarket yang ada disini.
Oh terimakasih Tuhan, minimarket ini punya penghangat ruangan.
"Kamu mau makan apa?" Jae-Hwa bertanya sembari mengambil keranjang belanjaan.
"Sesuatu yang nggak pedas, kan besok aku ada test, nanti perutku sakit.."
"Hmm.. coba aku pikir sesuatu.."
"Kamu pinter banget masak ya.."Kataku
"Iya kah? mungkin karena dari dulu aku selalu membantu mama ku memasak." Jawabnya sambil memilah-milah sayuran. Aku berjalan disebelahnya.
"Rajin sekali, Mama mu masti bangga padamu!" kulihat ia hanya tersenyum dan meneruskan memilih sayuran.
"Tapi kelihatannya kamu tinggal diapartemen sendirian, dimana mama mu?"
"Dia sudah lama meninggal.." Jawabnya singkat. Aku jadi merasa tidak enak.
"Maaf.. aku tidak tahu.."
"Nggak papa kok, sudah hampir 3 tahun yang lalu. Sekarang hanya tinggal aku dan kakak perempuanku, tapi dia sudah menikah dan Ayahku pun sudah lama meninggal saat aku masih kecil. Jadi sekarang aku tinggal sendiri." Dia menjelaskan hal tersebut dengan santai, nampaknya ia sudah terbiasa. "Ada yang ingin kamu beli nggak?" Tanya Jae-Hwa.
"Sarung tangan.." Kataku. Lalu kami pergi menuju barisan sarung tangan yang dijual disana. Tetapi semua warnanya terlalu cerah menurutkui. "Nggak jadi deh,warnanya terlalu terang.." Ujarku sambil berakting seakan-akan melihat matahari sambil menutup mataku dengan kedua tangan.
Jae-Hwa tertawa. "ya sudah, yuk pulang.." dan kami berjalan kearah kasir.
***
Keeseokan harinya..
Aku telah selesai dengan test nya. Kuanggap itu mudah, aku hanya perlu menunjukkan kemampuanku dalam mengatur jadwal, mengatur dn juga mengecek segala sesuatu yang dibutuhkan artis yang akan ku Asisteni. Kurasa aku bisa lolos. Pimpinannya bernama Lee Mi-Hyun, dia adalah seorang wanita karir yang sangat baik. Dia membuatku nyaman dan tidak gugup dalam menghadapi testnya.
Dia berkata jika nanti aku lolos, dalam 3 hari akan dihubungi kembali.
Aku duduk di Lobi menunggu Jae-Hwa untuk menjemputku, seorang cowok masuk. Rambutnya hitam tidak terlalu panjang dan lurus, mengenakan kacamata hitam, celana panjang kulit dan sweater putih. Dia langsung masuk ke dalam kantor Lee Mi-Hyun tanpa sekalipun menyapa orang-orang disekitarnya.
"Cih, Arogan sekali!" Pikirku.
AKu menunggu Jae-Hwa agak lama, sepertinya sudah menjadi kebiasaannya untuk datang terlambat, tapi bukan sepenuhnya salah dia sih, aku bisa menyelesaikan tugasku lebih cepat dari yang diperkirakan, dan aku pun tidak punya handphone untuk mengabarkan bahwa aku sudah selesai. Namun tak lama kemudian aku melihat Jae-Hwa memasuki lobi. Ia tersenyum kearahku.
"Gimana test nya?"
"Aku rasa aku bisa lolos. Katanya 3 hari lagi akan dihubungi."
"Oh begitu. Yuk kuajak kau kesuatu tempat."
"Aku rasa aku bisa lolos. Katanya 3 hari lagi akan dihubungi."
"Oh begitu. Yuk kuajak kau kesuatu tempat."
Aku mengambil tasku dan mengikuti Jae-Hwa berjalan keluar gedung. Aku tidak terbiasa mengenakan high heels, sehingga aku berjalan agak kesusahan dan harus hati-hati. Kupikir Jae-Hwa tidak menyadari ekadaanku, ia berjalan sangat cepat dan sudah berada jauh didepan.
Sebelum aku sadar apa yang terjadi, aku tersandung. Oleh kakiku sendiri.
Aku hampir saja jatuh saat sebuah tangan memegang pinggangku dan menahan badanku agar tidak merasakan kerasnya lantai. Tangan itu juga membantuku untuk berdiri dengan tegak kembali. Aku berbalik dan melihat kearah orang tersebut.
"Kamu baik-baik saja?" tanya nya. Suaranya sangat berat dan menggoda telingaku.
"I..iya..Maaf. "Jawabku. Aku memandangnya, itu adalah cowok tadi, cowok yang dengan arogannya masuk ke kantor Lee Mi-Hyun!
"Lain kali hati-hati!"
"Ba..baik.. maaf" Aku membungkukkan badanku dan dia berlalu tanpa mengucapkan apapun lagi.
Jae-Hwa kembali kearahku, mungkin ia baru sadar bahwa aku tidak berjalan disampingnya lagi.
"Kamu kenapa? Siapa dia?"
"Aku tadi tersandung, cowok itu membantuku supaya aku nggak jatuh.." Jelasku singkat.
"Aku tadi tersandung, cowok itu membantuku supaya aku nggak jatuh.." Jelasku singkat.
"Kamu yakin kamu baik-baik saja?" Dia terlihat khawatir.
"Iya, nggak papa kok, aku hanya tidak terbiasa dengan sepatu tinggi begini.." Aku mencoba membuka sepatu sialan itu.
"Jangan, sini kugandeng kamu. Maaf ya aku nggak tahu jadi aku jalannya cepat.." Jae-Hwa meraih tanganku dan menggandengku berjalan keluar gedung.
***
"Kita mau pergi kemana?" Tanyaku saat kami sudah berada di dalam mobil.
"Lihat saja nanti.." Jae-Hwa tersenyum. "Oh aku hampir lupa, kakakmu dan Alan mengirim pesan ke handphone-ku, tapi maaf aku sudah membacanya.." Dia merogoh kantongnya sebentar lalu memberikanku handphonenya.
"Ah nggak papa kok." Jawabku sambil menerima hanphonenya. Aku membaca kotak masuknya dan benar ada pesan dari Ethan dan Alan.
"Gimana testnya? kamu lolos?"
pesan dari Alan adalah yang pertama kubaca
"Kamu baik2 saja disana? jaga ksehatan. Mama & Papa titip salam."
Pesan ini dari Ethan. Aku kangen mereka semua.
"Nih.." Kataku sambil mengembalikan handphone itu pada Jae-Hwa.
"Nggak kamu balas dulu?" Tanya nya.
"Ah nggak perlu, kan aku cuma tinggal nunggu panggilan 3 hari lagi.." Sahutku sambil melihat keluar jendela. Jae-Hwa memasuki parkiran sebuah gedung.
"Kita sampai.." Ujarnya.
"Ini dimana?" Tanyaku, tapi ia tidak menjawab, kami berjalan menuju lift. Hari ini Jae-Hwa mengenakan setelan hitam rapi dan masih tentang manisnya parfum vanilla miliknya.
Kami masuk ke sebuah ruangan yang berisi loker-loker terbuka yang berisi vas-vas dan banyak bunga, aku juga melihat beberapa foto tertempel pada setiap lokernya.
Jae-Hwa berjalan kearah loker yang paling tengah, lalu ia membungkukkan badannya dengan hormat. Ia mengambil sebuah foto yang tergantung di loker itu. Kulihat ia melambaikan tangannya padaku, mengisyaratkan agar aku mendekat padanya. Aku berdiri disebelahnya, Jae-Hwa menyerahkan foto yang dipegangnya kepadaku.
"Itu adalah ibuku, dan disini adalah abu kremasinya." Ujarnya.
Aku melihat wanita dalam foto tersebut. Dia sangat cantik, dengan rambut hitam sebahunya, dan juga senyumnya yang manis. Aku berani bertarum Jae-Hwa mendapatkan gen senyuman indah itu dari ibunya.
"Dia sangat cantik.." Kataku sambil mengembalikan foto itu padanya.
"Iya, dia adalah yang tercantik.." Jae-Hwa menatap foto ditangannya lekat-lekat, aku melihat kearahnya, matanya berkaca-kaca, kurasa ia akan menangis namun kemudian ia meletakkan kembali foto tersebut di gantungan loker.
"Mama, Selamat ulang tahun. Perkenalkan ini Cindy, kawanku." Aku jadi salah tingkah, aku langsung membungkukkan badanku dengan hormat. Aku sempat melirik kearah Jae-Hwa lagi, namun ia berusaha menyembunyikan airmatanya.
"Kamu mau makan? ayo kita makan malam.." Jae-Hwa nampaknya ingin mengubah topik. Dia menggandeng tanganku lagi dan berjalan pelan sambil membimbingku, kurasa ia tak ingin aku jatuh dan menimpa loker-loker ini.
"Mungkin sebaiknya kita pulang dulu, aku ingin mengganti sepatuku.."Jawabku sopan.
"Nggak perlu kok, aku akan menopangmu.." Dan kami berjalan keluar menuju tempat parkir dengan tangan Jae-Hwa masih membimbingku.
-----------------------------------------------END OF CHAPTER 4-------------------------------------
Catatan penulis :
0 komentar:
Post a Comment
TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)