Thursday, May 23, 2013

Requiem of Madness -Part 1-


Tittle : Requiem of Madness
Chap : 1/?
Pair : meXhisoka
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
_______________________________________________________________

Kota Kaofuku, aku menghirup dalam-dalam udara pelabuhan tempat kapal kami bersandar. Saat aku melihat ke sekeliling dan tidak ada perubahan yang berarti selama 6 tahun sudah aku tidak pulang kesini. Sejak kelulusan SMP aku tinggal di kota Kirabai, untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih bagus karena di daerah asalku tidak didirikan sekolah tingkat lanjutan, kenapa? karena orang-orang di daerahku beranggapan bahwa bekerja itu lebih baik daripada setiap hari menuntut ilmu ke sekolah, bagi mereka ilmu bisa didapat dengan bekerja di pelabuhan, bisa membaca dan berhitung ilmu dasar sudah cukup bagi mereka, maka tidak heran kehidupan di sini pun memprihatinkan. Oleh karena itu ayah memutuskan untuk membawa aku dan kakakku pindah. Ibuku sudah lama meninggal,dia berasal dari luar negeri, itulah sebabnya namaku dan kakakku pun ada khas dari Negara ibuku dan ayahku.

Namaku Cindy Kawazuri, aku anak nomor dua dari keluarga pemilik salah satu dermaga di kota Kaofuku. keluarga kami sangat ternama dan kami disegani oleh penduduk disini, tapi walaupun begitu aku dibesarkan dengan didikan oleh ayah ku bahwa kami harus tetap rendah hati kepada penduduk karena mereka adalah orang yang pertama membantu kita jika ada masalah. kakak laki-laki ku bernama John Kawazuri, sekarang dialah yang menjalankan bisnis dermaga keluargaku karena ayahku meninggal beberapa hari yang lalu. Tapi itu bukan satu-satunya penyebab kenapa hari ini kami kembali ke kota Kaofuku. Aku adalah detektif ternama dan ditugaskan untuk memecahkan kasus yang ada di kota Kaofuku.
Laporan yang ku terima bahwa 3 tahun belakangan di kota ini ada pembunuhan yang pelakunya masih belum bisa tertangkap hingga saat ini, dan detektif sebelumnya yang dikirim sebelum aku pun menjadi korban.
“Kau berasal dari kota itu kan, Kawazuri-san?” Tanya pimpinan ku.
“Iya, Awaji-san sir, itu benar.”
“Oleh karena itulah aku memberikan tugas ini kepadamu, dan aku yakin kamu pasti bisa memecahkannya.”
“Aku akan berusaha memberikan hasil yang terbaik, sir.”

“hey, Cindy-chan..ada apa? kenapa kau mengerutkan keningmu? ada yang kau risaukan?” John menyadarkanku dari lamunan.
“eh, tidak.. gak kenapa-kenapa kok kak. Dimana jemputan kita?” aku melihat sekeliling.
“Seharusnya sih Takahashi-san sudah sampai, tapi dimana ya?” John juga ikut menengok ke segala arah.
Kyouka Takahashi-san adalah Butler kami, dia diamanatkan untuk tinggal di rumah kami selama kami ada di kota Kirabai. Seingatku beliau sudah berumur kira-kira 50 tahun sekarang.
“Ah! itu disana! Oooii! Takahashi-san!!” John melambai kesebelah kanannya.
Sesosok laki-laki tinggi memakai jas abu-abu berjalan menuju kami, hey dia bukan Takahashi-san, orang ini lebih muda, seumuran John!
“Selamat malam Tuan Kawazuri-sama, Nona” dia menganggukkan kepala kepada kakakku lalu meraih tanganku dan menciumnya, aku terkejut. “Barang kalian akan saya bawakan, silakan anda menunggu di dalam mobil.”
aku dan John berjalan menuju mobil berwarna silver. Setelah duduk aku bertanya pada John.
“Itu tadi siapa?bukankah kata kakak, Takahashi-san yang akan menjemput?
“Dia Hiroki Takahashi, anak Takahashi-san kira-kira umurnya sepantaran denganku, kamu masih kecil saat dia dikirim ke kota Teiwa untuk sekolah sebagai Butler. dan dia adalah Butler khusus untukmu.”
“Butler? kak aku sudah berumur 23 tahun, aku tidak perlu Butler untuk mengurusi semua urusanku.. lagi pula aku terbiasa hidup mandiri di kota Kirabai.”
“Keputusanku sudah bulat, dia juga yang akan bertanggung jawab atas keamananmu selama kau di sini.”
“Tapi kak..” aku baru akan membantah ketika pintu supir tertutup.
“Barang anda sudah di bagasi, apakah anda ingin mampir dulu sebelum pulang kerumah?” Tanya Hiroki.
“Hmm..bisakah kita lewat jalan pasar saja?”
“Baik, Nona”
Sepanjang perjalanan aku melihat ke arah luar jendela mobil. Gerimis mulai turun, jalanan pasar tergenang becek di beberapa tempat. Aku seperti terbawa kembali ke masa lalu.. Dijalan ini aku bertemu seseorang, namun aku lupa bagaimana pastinya rupa wajahnya, kejadian itu sudah 6 tahun berlalu. Dia berusia kira-kira 17 tahun, saat itu aku baru pulang sekolah melewati jalan pasar, aku dihadang oleh beberapa anak laki-laki yang diantaranya ada yang membawa pisau lipat dan diacung-acungkan di depanku..mereka meminta ku untuk memberikan mereka uang tapi hari itu uangku sudah habis untuk mentraktir kawan-kawan disekolah karena aku sedang berulangtahun.
“Ayolah, nona cilik, berikan kami uang, kau kan orang kaya. Kami tidak percaya kalau kamu tidak membawa uang..” ujar salah satu dari mereka sambil menarik-narik tas ku.”
Saking takutnya aku sampai tidak bisa berkata-kata. Aku hanya menitikkan airmata.

“Hey hey hey! kalian membuat sang putri menangis, aku tak bisa memaafkannya” tiba-tiba ada suara dari belakang kami.
“Siapa kau!” salah satu penyerang ku berteriak kepada sesosok laki-laki yang bersandar di bawah pohon.
“Namaku? kalian tidak perlu tahu, karena kalian tidak pantas untuk jadi lawanku. Oleh karena itu aku minta kalian untuk melepaskan gadis itu.”
“Hah! sombong sekali kamu! apa kamu kira kamu bisa melawan kami ha?” di saat itu mereka kira-kira ada 7 orang.
“Tentu saja, tapi permasalahannya adalah apa kalian bisa melawanku?” lelaki itu berjalan ke arah kami dengan langkah yang sangat tenang.
“Sudah cukup bicaranya, ayo kita bertarung! Heaaaaaa…..!!” salah satu dari penjahat itu mulai maju dan menyerang.
kejadiannya begitu cepat, tiba-tiba saja dia sudah tergeletak di tanah.
“Siapa selanjutnya?” dia bertanya. ke enam penjahat lainnya terlihat gemetaran. lelaki tadi melihat dengan tajam kepada keenam orang yang lain “Kalian bisa pergi sekarang.” setelah dia berkata begitu maka larilah mereka dengan terbirit-birit.

“Kau terluka, nona?” dia bertanya kepadaku sambil mengusap airmata yang mengalir di pipiku. “Jangan takut, aku tidak akan jahat padamu, aku janji.” Dia tersenyum lebar.
“Aku baik-baik saja, terimakasih sudah menyelamatkanku. Tapi aku tidak membawa uang untuk membalas kebaikanmu.”
“Aku tidak menginginkan bayaran kok, tenang saja..”
“Eh tunggu aku ingat sesuatu” Kataku. Aku membuka tas ku dan mengeluarkan beberapa bungkus permen karet Bungee. “Ini untukmu.” Aku meletakkan permen karet itu ke tangannya, dia sempat akan menolak. “Ini adalah hari ulang tahunku, kau tidak boleh menolak apa yang kuinginkan.” Permen karet Bungee termasuk kedalam permen karet mahal, jarang ada orang biasa di kotaku yang bisa membelinya.
“Terimakasih, Nona.” Dari sudut mataku aku bisa melihatnya tersipu. “Aku yang berterimakasih kepadamu. Baiklah sudah saatnya aku pulang, terimakasih sekali lagi” Aku membungkuk dihadapannya. Dia terlihat kikuk, tangannya menyisir rambutnya ke belakang. Aku berjalan menjauh.
Belakangan aku baru menyesal kenapa aku tidak bertanya namanya siapa..
Apakah dia masih mengingatku?

___End Part 1____

0 komentar:

Post a Comment

TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)