Thursday, May 23, 2013

Requiem of Madness -Part 2-


Tittle : Requiem of Madness 
Chap : 2/?
Pair : meXhisoka, meXhiroki
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
_______________________________________________________________

Kita sudah sampai, Tuan, Nona” Hiroki membangkitkanku dari lamunan panjang tentang masa lalu itu. Aku dan John menaiki tangga depan rumah kami, pintu dibuka oleh penjaga.
“Aahhhh!!!” Aku berteriak lega karena akhirnya aku pulang juga ke rumah dimana aku dibesarkan.
“Hoy! bikin kaget saja!” John menjitakku. Aku hanya meringis. Tak lama kemudian Hiroki masuk sambil menenteng tas dan koper bawaan ku, sedangkan punya John dibawa oleh Takahashi-san, ayah Hiroki.
“Takahashi-san!!” aku berseru dan berlari lalu memeluk nya. Dia sudah kuanggap seperti kakekku sendiri.
“Haha..Nona, kau sudah sangat dewasa sekarang..” Dia tertawa.
“Saya akan membawakan barang anda ke kamar, Nona.” Hiroki menyela. “Tidak usah, aku akan membawanya sendiri..” Jawabku sambil menarik tasku dari genggaman Hiroki.
“Tidak bisa, Nona. Ini tugas saya.” dia kembali menarik tas yang sudah ku pegang. Aku ikut tertarik, kakiku tersandung dan akhirnya aku jatuh dengan Hiroki dibawahku.
“Eh maaf!” Aku buru-buru bangun. “Saya juga minta maaf, Nona. Saya permisi.” Dia cepat-cepat mengambil tas dan berjalan ke lantai dua, kamarku.
aku mengikuti arah punggungnya dengan ekor mataku. ‘hmm, apakah semua Butler harus sekaku itu?’ tanyaku dalam hati. Ah sudahlah, biar saja.
“Kak, aku ingin punya ruang kerja sendiri. Karena kakak pasti akan menggunakan ruang kerja Ayah. Aku harus secepatnya menyelesaikan kasus ini.”
“Kau bisa menggunakan ruangan perpustakaan, jika kau mau..”
“Boleh saja, baiklah aku akan mulai beres-beres.” Aku berlari menuju ruang perpustakaan yang terletak di lantai dua sisi Timur rumahku.

Rumah ini sebenarnya tidak terlalu besar, tapi jika dibandingkan dengan rumah penduduk sekitar tetap saja terlihat mencolok. Aku membuka pintu nya dan mulai mereka-reka dimana aku bisa menaruh meja kerja dan segala macam barang yang  aku perlukan untuk mengerjakan kasus ku. Aku membuka pintu yang menuju balkon lalu duduk di kursi santai yang ada disana. Dari sini, jalan pasar bisa terlihat. Sempurna! ruangan ini memang pas!. Aku segera bangkit dan berlari kearah dalam perpustakaan untuk mengabari John  barang yang kuperlukan. Tetapi pas di depan pintu aku menabrak seseorang yang ternyata Hiroki.
Dahi ku terbentur dagu nya. “Aww!!” kami sama-sama kesakitan. “Anda tidak apa-apa, Nona?” Dia mengusap dahi ku. Aku mendongak keatas ternyata bibir Hiroki luka. Mungkin saat tertabrak tadi dia  sedang menggigit bibirnya.
“Aku baik-baik saja, kamu itu yang terluka, aku minta maaf ya..” Aku merogoh kantong dan mengambil sapu tanganku, dan mengusap darah yang ada di bibirnya.
jarak kami sangat dekat, dan aku tersadar lalu memberikan sapu tangan itu padanya supaya dia bisa mengelap darahnya sendiri.

Hiroki tinggi nya kira-kira 178cm, dengan rambut berwarna coklat terang dipotong pendek dengan model spiky. Wajahnya manis, agak terlihat tirus karena tulang pipi nya yang tinggi, badannya tidak gemuk, nampaknya berisi. Aku juga tidak yakin karena sampai saat ini dia selalu memakai jas Butler nya.

“Anda ada perlu apa, Nona? mengapa terlihat terburu-buru?”
“Aku mau bilang ke John bahwa aku memerlukan meja di  sebelah sini yang agak besar, lalu computer, dan telepon.”
“harus nya anda bilang ke saya saja, itu sudah jadi tugas saya untuk melayani anda..”
“haha..baiklah lain kali aku akan langsung berkonsultasi padamu..aku perlu waktu untuk beradaptasi karena aku biasa mengurus diriku sendiri..”

Hiroki masih sibuk mengelap darah nya, nampaknya agak parah.

“Apakah kau yakin tidak apa-apa? darahnya lumayan banyak..”
“Aku tidak mengapa, Nona.”
“Tapi kenapa bisa sampai berdarah begitu ya? apakah dahi ku ini terbuat dari besi,,haha”
Hiroki ikut tertawa “haha..tidak, Nona. luka ini sudah aku dapatkan sebelum berbenturan dengan anda.”
“Hmm..? kenapa bisa?”
“Maaf nona, kesalahan saya tidak memeriksa keadaan dulu sebelum kamar anda siap ditempati, tadi ada orang nampaknya penduduk sini, masuk lewat jendela anda, dan kami sempat berkelahi..”
“wah? mengerikan juga ya? tapi apakah sudah aman? ngomong-ngomong Takahashi-san, umurmu berapa?”
“Saya 27 tahun, Nona. dan saya rasa sudah aman sekarang.”
“hmm.. baiklah, jadi tugasmu adalah melayaniku, melindungiku dan mengikuti segala perintahku kan?”
“Iya, benar.”
“okay,. Aku capek sekali, aku akan istirahat sekarang. Besok pagi kalau tidak merepotkan bisa tolong bangunkan aku jam 9 saja?”
“Baik, Nona. Selamat tidur..”
Aku berjalan menuju kamarku. Saat pintunya ku buka, angin masuk dengan kencang. ternyata Jendelanya tidak ditutup. mungkin tadi saat Hiroki selesai berkelahi dia lupa menutupnya lagi. Aku menyalakan lampu lalu  menutup jendelanya. aku lirik jam di meja samping ranjang ku. sudah pukul 11 malam rupanya. Aku ingin berendam sebentar.

Setelah berendam dan menghilangkan rasa capek ku, aku pun mematikan lampu dan beranjak tidur. Rasanya belum lama aku memejamkan mata, aku merasa jendelanya kembali terbuka karena hembusan angin membuat kamarku jadi dingin. kubuka mataku, membiarkannya beradaptasi dalam gelap. aku kejapkan beberapa kali. aku melihat di sudut ranjang ku ada sesosok orang yang sedang duduk, menyilangkan kaki nya. matanya terlihat bersinar warna Emas.
dengan sigap aku menyalakan lampu disamping ranjangku, namun belum sempat aku menjangkau tombol nya, ada tangan mencengkram lenganku, dan menarikku sehingga aku terduduk. tangan itu milik sesosok orang yang tadi ada di ujung ranjangku. Aku tidak dapat berkata-kata, seakan tersihir dengan kehadirannya. aku merasakan di dalam gelap itu dia menatapku tajam.

badannya mendekat dengan cepat, aroma badannya manis, rasanya aku kenal harum seperti ini tapi entah kapan dan dimana, aku tidak bisa mengingatnya. yang aku tahu ketika mencium harum ini aku merasa tenang, tidak ada yang perlu kutakutkan.. dia masih memegang tanganku erat, dan wajahnya bertambah dekat ke wajahku, lalu aku mendengarnya berbisik.. “Selamat datang kembali tuan putri..”

___End Part 2___

0 komentar:

Post a Comment

TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)