Chap : 3/?
Pair : meXhisoka,
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
_______________________________________________________________
“Selamat
datang kembali tuan putri..”dia berbisik. Aku tercekat tak dapat berkata-kata. Tanganku
dilepaskan olehnya dan dia menyalakan lampu tidurku. Sekarang aku bisa
melihatnya dengan jelas.
Matanya
berwarna emas menyala, rambutnya berwarna merah, bibir tipisnya melengkung membentuk
senyum sinis namun terlihat manis dan indah. Wajahnya tertutup make up pantomime
putih pucat dengan gambar bintang warna merah di bawah mata kanannya dan gambar
tetesan air di bawah mata kirinya. Dia nampak memakai kaos putih dengan gambar sesuatu
yang aku tidak bisa memastikannya, dan dia menggunakan celana panjang warna
abu-abu kusam, aku tidak yakin, dengan cahaya ruangan yang redup dan suasana
hatiku yang ketakutan.
“Kau
banyak berubah, aku pada awalnya tidak yakin kalau ini kau..” Dia mulai bicara
lagi, aku hanya terduduk diam ketakutan. Apakah mungkin dia kawan lama ku? aku
memang mengubah warna rambutku yang tadinya berwarna pirang menjadi cokelat gelap. “Tapi satu ini
yang tidak pernah berubah. Saat kau takut, kau selalu tidak dapat
berkata-kata..” Yah, mungkin dia benar soal yang itu karena aku sampai saat ini
tidak berteriak sebagaimana orang lain kalau tiba-tiba kamarnya dimasuki orang.
“Kau..
Siapa?” aku memaksakan suaraku untuk keluar.
“Apa?
Kau melupakanku?” Dia berdiri dari duduknya. “Hehehe.. Aku tidak menyangka kau
lupa..” Dia menjilat bibirnya dan menyisir rambutnya dengan tangannya ke
belakang. “I am your savior..” Dia berbisik dengan suaranya yang dalam. Angin
kembali berhembus melalu jendela dan sebelum aku sadar akan apa yang terjadi,
orang itu sudah menghilang. Aku masih terbengong-bengong, masih belum bisa
menyatukan akal pikiranku atas apa yang terjadi. Aku cepat-cepat bangkit dari
jandangku lalu lari ke arah jendela dan menutupnya lalu ku kunci. Nafasku
terengah-engah, jantungku berdegup dengan kencang. Aku mencoba untuk
menenangkan diriku dengan mengambik nafas dalam-dalam. Sesudah merasa agak
tenang, aku kembali ke ranjang untuk mencoba tidur. Kunaikkan selimut hingga
menutupi kepalaku dan memejamkan mataku.
“Nona..
Selamat siang, saya membawakan makan siang anda ke kamar..” suara Hiroki
terdengar, tapi aku masih sangat mengantuk. “Nona..” dia memanggil lagi.
“Hmm..sudah
pukul berapa ini?” aku bertanya sambil membalikkan badan dan mencoba membuka
mataku dengan susah payah karena aku masih sangat mengantuk.
“Pukul
11 siang, Nona. Maaf saya sebenarnya sudah membangunkan pukul 9 seperti yang
nona minta namun nampaknya anda sangat kelelahan sehingga tidak sadar saat saya
bangunkan.” Hiroki membawa nampan yang berisi makan siangku dan diletakkan di
meja dekat ranjang. “Silakan, nona.. makan siang anda”
Aku
duduk di ranjang, masih memikirkan kejadian semalam apakah hanya mimpi atau
benar terjadi. aku memegang tangan kananku, tempat dimana orang bermata emas
itu semalam mencengkramku.
“Nona,
anda baik-baik saja?” Tanya Hiroki, dia terlihat khawatir, dia menaikkan satu
alisnya.
“Aku
baik-baik saja kok” kata ku sambil berjalan menuju nampan makan siangku. “Apakah
meja, computer dan telepon yang kuinginkan sudah ada di ruang perpustakaan?”
aku mulai makan.
“sudah
nona, sekarang petugas sedang memasang jaringan internet untuk anda, saya yang
meminta mereka karena saya rasa anda membutuhkannya untuk memecahkan kasus yang
sedang anda tangani, maaf jika tidak sesuai dengan keinginan anda” Hiroki
berkata dengans angat hati-hati.
“Oh
bagus lah, aku memang ingin memasang jaringan internet juga, terimakasih
Takahashi-san” aku tersenyum pada Hiroki, mencoba agar dia tidak terlalu
canggung terhadapku.
Hiroki
masih berdiri di seberang meja tempat aku makan.
Ah,
dia terlalu kaku, aku harus bagaimana ya agar bisa agak santai? pikirku.
“Takahashi-san,
aku meminta kau menuruti semua keinginanku, aku ingin kau jangan terlalu kaku
jika ada di dekatku, anggap saja aku sahabatmu, ya..” kataku sambil tetap
tersenyum hangat.
“Tapi
Nona..”
“tidak ada tapi-tapian, kau harus menuruti semua apa mauku! nah, sekarang apa yang kau ketahui tentang kasus yang kutangani ini?”
“tidak ada tapi-tapian, kau harus menuruti semua apa mauku! nah, sekarang apa yang kau ketahui tentang kasus yang kutangani ini?”
“Yang
saya tahu, korban pembunuhan yang pertama adalah salah pimpinan anggota geng yang berkuasa di pasar, dia
banyak terlibat kasus kriminal. korban kedua adalah karyawan pabrik pengalengan
ikan di pelabuhan milik keluarga Kazuya. dan yang terakhir adalah detektif
sebelum anda.”
“hmm..begitu
ya, apa menurutmu semua pembunuhan itu dijalankan oleh orang yang sama?”
“saya kurang mengerti nona, tapi di mayat ketiganya ditemukan kartu as sekop”
“saya kurang mengerti nona, tapi di mayat ketiganya ditemukan kartu as sekop”
“Kartu
As sekop?hmm..mungkin itu bisa jadi salahs atu petunjuk nya. baiklah aku sudah
selesai makan, setelah ini aku mau mandi dan kau ikut aku ke ruang
perpustakaan. aku butuh beberapa bantuanmu.”
“baik nona” Hiroki membawa kembali nampan makan itu dan melangkah keluar kamarku sementara aku masuk ke kamar mandi.
“baik nona” Hiroki membawa kembali nampan makan itu dan melangkah keluar kamarku sementara aku masuk ke kamar mandi.
---Hisoka’s POV (Point
of Vision, sudut pandang cerita)---
Cih
sial! pukulan pengawal itu keras juga. aku mengusap pipiku yang agak memar dan
sakit. aku mulai memasang make up pantomime yang menjadi ciri khasku saat
bekerja menjalankan perintah membunuh ini. kenapa bisa kebetulan sekali saat
aku mau masuk ke kamar itu dia juga baru masuk. Dia kuat juga sepertinya,
apakah dia mendapatkan pelatihan khusus? ah aku tidak perduli, aku harus
menyusun ulang rencanaku. malam ini aku akan kembali lagi saat semua sudah
lengah kembali. Tugas ini harus segera kuselesaikan agar uangnya bisa ku ambil.
Aku
menyusun kartu poker kesayanganku membentuk piramida bertumpuk, ini adalah
hiburan sekaligus latihan untukku. “Detektif baru itu akan sangat menyesal
sudah datang dan mau berurusan denganku, haha..” aku tertawa membayangkan darah
detektif baru itu ditanganku, aku menyukainya, bau anyir darah itu..
“Hey
Hisoka! kenapa kamu masih ada disini? bukankah kau sudah diberi tugas?” Yoshi,
salah satu orang yang sama-sama tinggal di lorong ini membangkitkan aku dari
khayalan indahku.
“Bukan
urusanmu.” jawabku singkat. aku menjatuhkan kartu di piramida paling atas dan
membuat semua kartu berjatuhan dan aku memungut nya. aku melangkah menjauh. Aku
ini tipe penyendiri, aku suka melakukan semuanya sendirian, aku bekerja sebagai
pembunuh kepada keluarga Kazuya. mereka membayarku dengan harga tinggi untuk
setiap tugas yang kuselesaikan. aku membutuhkan uangnya untuk membantu anak
jalanan di pasar.
kalau
dipikir-pikir lucu juga, aku yang seorang pembunuh ini masih mempunyai rasa
kasihan terhadap mereka.
ya,
karena aku juga besar sebagai anak jalanan. aku tahu bagai mana rasanya
berjuang hidup tiap menitnya. tanpa sadar aku mengepalkan tanganku.
aku
berjalan dalam gelap, berjalan menuju rumah detektif baru itu dan kali ini aku
harus lebih berhati-hati dan waspada.
“angin
malam ini kencang juga..” aku menyibakkan rambut ku kebelakang. Aku teringat
kembali atas tugas yang diberikan tuan Kazuya.
“hari ini ada detektif baru kiriman dari kota
Kirabai yang ditugaskan untuk mengusut kasus pembunuhan disini, dan kau pasti
tahu apa tugasmu kan, Hisoka?” tuan Kazuya berkata sambil mengaduk teh nya.
“tentu saja aku tahu tuan”
“baiklah kalau begitu mulai bekerja, uangnya seperti biasa akan ku berikan setelah kau membunuh target itu”
“baiklah kalau begitu mulai bekerja, uangnya seperti biasa akan ku berikan setelah kau membunuh target itu”
Aku
memanjat ke kamar tidur si detektif itu, jendelanya dikunci tapi aku sangat
ahli dalam membuka nya. tidak perlu waktu lama untukku membukanya. aku masuk
kedalam kamarnya, keadaan nya gelap. dan ini sangat menguntungkan untukku.
aku
mengeluarkan belati dari ikat pinggangku. dengan mengendap-endap aku mulai
mendekati ranjang tempat dimana detektif itu tertidur, dan kali ini untuk
selamanya saat belatiku sudah berada dalam dirinya. aku sangat tidak sabar
ingin merasakan darahnya. aku merasakan keinginan yang sangat menggebu-gebu
dalam diriku.
aku
berjalan semakin dekat dengan ranjangnya, dan detektif itu pun berbalik. aku
terkejut. ternyata seorang perempuan! tuah Kazuya tidak menjelaskan padaku
kalau dia adalah perempuan! sial! sekarang aku jadi ragu untuk membunuhnya!
seketika
itu juga aku jadi lemas, dan aku duduk di pinggir ranjangnya. memikirkan
langkah selanjutnya apa yang harus kulakukan. apakah akan tetap membunuhnya
atau apa?
dalam
gelap aku memberhatikan wajahnya, sangat familiar. dan seketika itu juga
bayangan masa lalu menyeruak kembali. dia seperti gadis yang kuselamatkan dulu.
apakah benar ini dia?
aku
memperhatikannya lebih dalam dan tiba-tiba dia terbangun. dia tidak berteriak
dia hanya terdiam menatapku dalam ketakutan dan dengan cekatan dia bergerak
untuk menyalakan lampu di dekat ranjangnya tapi aku lebih cepat, aku
mencengkram tangannya, dia menjadi kaget.. oh kuharap aku tidak terlalu kuat
menggengamnya..
aku
menariknya hingga dia terduduk. aku ingin tahu apakah dia mengingatku setelah
sekian lama ini.. aku mendekatkan tubuhku padanya, dan berbisik di telinganya “Selamat
datang kembali tuan putri..” dan dia masih terdiam tercekat. aku menyalakan
lampu yang tadinya akan dinyalakan olehnya.
ya,
ini memang dia, gadis yang dulu itu.. walaupun dia banyak berubah tapi aku rasa
aku mengenalnya. dia semakin dewasa. tentu saja, sudah bertahun berlalu sejak
terakhir aku menemuinya.
apakah
dia masih mengingatku? aku bergulat dalam pikiranku.
dia
masih menatapku, mata hitam itu. mata yang membuatku merasa sejuk, mata yang
pernah menangis basah dan ku usap airmatanya. ya! itu dia.. dia telah kembali!
dan tiba-tiba saja aku merasa sangat bahagia.
“Kau
banyak berubah, aku pada awalnya tidak yakin kalau ini kau..” Dia masih
menatapku dalam diam “Tapi satu ini yang tidak pernah berubah. Saat kau takut,
kau selalu tidak dapat berkata-kata..” aku melanjutkan kalimatku.
“Kau..
Siapa?”
Wah
pertanyaannya entah mengapa membuat hatiku sesak, ternyata dia lupa padaku. “Apa?
Kau melupakanku?” aku beranjak dari posisi dudukku.“Hehehe.. Aku tidak
menyangka kau lupa.. I am your savior..”
saat
aku berkata seperti itu, angin masuk menerpa. detektif itu terlihat lengah dan
aku segera berlari ke jendela dan melompat keluar. aku terus berlari.
aku
masih tidak bisa menenangkan hatiku.
mata
hitam gelap itu, haruskah aku membunuhnya?
aku
berhenti berlari, lalu bersandar di bawah pohon.
pikiranku
masih bergulat, ada yang ingin menyelesaikan tugas tapi yang lainnya tidak
ingin, sepanjang karirku baru kali ini aku merasa sangat bingung apa yang harus
kulakukan..
tapi..
kenapa dia bisa lupa padaku?
angin
berhembus dan menjatuhkan percikan air ke wajahku. aku mengusapnya dan melihat
tanganku ada bekas make up pantomime yang ku pakai..
haha..
tentu saja dia tidak tahu siapa aku.. dengan gelinya aku menertawai diriku
sendiri yang lupa bawa sedang memakai make up.
aku
merogoh kantongku dan membuka satu bungkus permen karet Bungee. Permen karet istimewa yang membuat aku selalu
terkenang akan gadis yang kuselamatkan 6 tahun lalu..
“Dia
kembali…” aku berbisik.. berharap bisikanku terbawa angin dan sampai kepada
pemilik mata hitam itu..
___End Part 3___
0 komentar:
Post a Comment
TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)