Friday, May 24, 2013

Requiem of Madness -Part 3-

Tittle : Requiem of Madness 
Chap : 3/?
Pair : meXhisoka,
Rate : belum dipastikan
Warning : belum dipastikan.
Disclaimer : Hisoka's Character belong to his creator. i didn't own him but i did own my self and this story. All credits of Hisoka belongs to his creator. The Title of this Fanfic is Hisoka's theme song.
_______________________________________________________________

“Selamat datang kembali tuan putri..”dia berbisik. Aku tercekat tak dapat berkata-kata. Tanganku dilepaskan olehnya dan dia menyalakan lampu tidurku. Sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas.

Matanya berwarna emas menyala, rambutnya berwarna merah, bibir tipisnya melengkung membentuk senyum sinis namun terlihat manis dan indah. Wajahnya tertutup make up pantomime putih pucat dengan gambar bintang warna merah di bawah mata kanannya dan gambar tetesan air di bawah mata kirinya. Dia nampak memakai kaos putih dengan gambar sesuatu yang aku tidak bisa memastikannya, dan dia menggunakan celana panjang warna abu-abu kusam, aku tidak yakin, dengan cahaya ruangan yang redup dan suasana hatiku yang ketakutan.

“Kau banyak berubah, aku pada awalnya tidak yakin kalau ini kau..” Dia mulai bicara lagi, aku hanya terduduk diam ketakutan. Apakah mungkin dia kawan lama ku? aku memang mengubah warna rambutku yang tadinya berwarna  pirang menjadi cokelat gelap. “Tapi satu ini yang tidak pernah berubah. Saat kau takut, kau selalu tidak dapat berkata-kata..” Yah, mungkin dia benar soal yang itu karena aku sampai saat ini tidak berteriak sebagaimana orang lain kalau tiba-tiba kamarnya dimasuki orang.
“Kau.. Siapa?” aku memaksakan suaraku untuk keluar.
“Apa? Kau melupakanku?” Dia berdiri dari duduknya. “Hehehe.. Aku tidak menyangka kau lupa..” Dia menjilat bibirnya dan menyisir rambutnya dengan tangannya ke belakang. “I am your savior..” Dia berbisik dengan suaranya yang dalam. Angin kembali berhembus melalu jendela dan sebelum aku sadar akan apa yang terjadi, orang itu sudah menghilang. Aku masih terbengong-bengong, masih belum bisa menyatukan akal pikiranku atas apa yang terjadi. Aku cepat-cepat bangkit dari jandangku lalu lari ke arah jendela dan menutupnya lalu ku kunci. Nafasku terengah-engah, jantungku berdegup dengan kencang. Aku mencoba untuk menenangkan diriku dengan mengambik nafas dalam-dalam. Sesudah merasa agak tenang, aku kembali ke ranjang untuk mencoba tidur. Kunaikkan selimut hingga menutupi kepalaku dan memejamkan mataku.

“Nona.. Selamat siang, saya membawakan makan siang anda ke kamar..” suara Hiroki terdengar, tapi aku masih sangat mengantuk. “Nona..” dia memanggil lagi.
“Hmm..sudah pukul berapa ini?” aku bertanya sambil membalikkan badan dan mencoba membuka mataku dengan susah payah karena aku masih sangat mengantuk.
“Pukul 11 siang, Nona. Maaf saya sebenarnya sudah membangunkan pukul 9 seperti yang nona minta namun nampaknya anda sangat kelelahan sehingga tidak sadar saat saya bangunkan.” Hiroki membawa nampan yang berisi makan siangku dan diletakkan di meja dekat ranjang. “Silakan, nona.. makan siang anda”
Aku duduk di ranjang, masih memikirkan kejadian semalam apakah hanya mimpi atau benar terjadi. aku memegang tangan kananku, tempat dimana orang bermata emas itu semalam mencengkramku.

“Nona, anda baik-baik saja?” Tanya Hiroki, dia terlihat khawatir, dia menaikkan satu alisnya.
“Aku baik-baik saja kok” kata ku sambil berjalan menuju nampan makan siangku. “Apakah meja, computer dan telepon yang kuinginkan sudah ada di ruang perpustakaan?” aku mulai makan.
“sudah nona, sekarang petugas sedang memasang jaringan internet untuk anda, saya yang meminta mereka karena saya rasa anda membutuhkannya untuk memecahkan kasus yang sedang anda tangani, maaf jika tidak sesuai dengan keinginan anda” Hiroki berkata dengans angat hati-hati.
“Oh bagus lah, aku memang ingin memasang jaringan internet juga, terimakasih Takahashi-san” aku tersenyum pada Hiroki, mencoba agar dia tidak terlalu canggung terhadapku.
Hiroki masih berdiri di seberang meja tempat aku makan.
Ah, dia terlalu kaku, aku harus bagaimana ya agar bisa agak santai? pikirku.

“Takahashi-san, aku meminta kau menuruti semua keinginanku, aku ingin kau jangan terlalu kaku jika ada di dekatku, anggap saja aku sahabatmu, ya..” kataku sambil tetap tersenyum hangat.
“Tapi Nona..”
“tidak ada tapi-tapian, kau harus menuruti semua apa mauku! nah, sekarang apa yang kau ketahui tentang kasus yang kutangani ini?”
“Yang saya tahu, korban pembunuhan yang pertama adalah salah pimpinan  anggota geng yang berkuasa di pasar, dia banyak terlibat kasus kriminal. korban kedua adalah karyawan pabrik pengalengan ikan di pelabuhan milik keluarga Kazuya. dan yang terakhir adalah detektif sebelum anda.”
“hmm..begitu ya, apa menurutmu semua pembunuhan itu dijalankan oleh orang yang sama?”
“saya kurang mengerti nona, tapi di mayat ketiganya ditemukan kartu as sekop”
“Kartu As sekop?hmm..mungkin itu bisa jadi salahs atu petunjuk nya. baiklah aku sudah selesai makan, setelah ini aku mau mandi dan kau ikut aku ke ruang perpustakaan. aku butuh beberapa bantuanmu.”
“baik nona” Hiroki membawa kembali nampan makan itu dan melangkah keluar kamarku sementara aku masuk ke kamar mandi.

---Hisoka’s POV (Point of Vision, sudut pandang cerita)---

Cih sial! pukulan pengawal itu keras juga. aku mengusap pipiku yang agak memar dan sakit. aku mulai memasang make up pantomime yang menjadi ciri khasku saat bekerja menjalankan perintah membunuh ini. kenapa bisa kebetulan sekali saat aku mau masuk ke kamar itu dia juga baru masuk. Dia kuat juga sepertinya, apakah dia mendapatkan pelatihan khusus? ah aku tidak perduli, aku harus menyusun ulang rencanaku. malam ini aku akan kembali lagi saat semua sudah lengah kembali. Tugas ini harus segera kuselesaikan agar uangnya bisa ku ambil.

Aku menyusun kartu poker kesayanganku membentuk piramida bertumpuk, ini adalah hiburan sekaligus latihan untukku. “Detektif baru itu akan sangat menyesal sudah datang dan mau berurusan denganku, haha..” aku tertawa membayangkan darah detektif baru itu ditanganku, aku menyukainya, bau anyir darah itu..
“Hey Hisoka! kenapa kamu masih ada disini? bukankah kau sudah diberi tugas?” Yoshi, salah satu orang yang sama-sama tinggal di lorong ini membangkitkan aku dari khayalan indahku.
“Bukan urusanmu.” jawabku singkat. aku menjatuhkan kartu di piramida paling atas dan membuat semua kartu berjatuhan dan aku memungut nya. aku melangkah menjauh. Aku ini tipe penyendiri, aku suka melakukan semuanya sendirian, aku bekerja sebagai pembunuh kepada keluarga Kazuya. mereka membayarku dengan harga tinggi untuk setiap tugas yang kuselesaikan. aku membutuhkan uangnya untuk membantu anak jalanan di pasar.
kalau dipikir-pikir lucu juga, aku yang seorang pembunuh ini masih mempunyai rasa kasihan terhadap mereka.
ya, karena aku juga besar sebagai anak jalanan. aku tahu bagai mana rasanya berjuang hidup tiap menitnya. tanpa sadar aku mengepalkan tanganku.
aku berjalan dalam gelap, berjalan menuju rumah detektif baru itu dan kali ini aku harus lebih berhati-hati dan waspada.
“angin malam ini kencang juga..” aku menyibakkan rambut ku kebelakang. Aku teringat kembali atas tugas yang diberikan tuan Kazuya.
“hari ini ada detektif baru kiriman dari kota Kirabai yang ditugaskan untuk mengusut kasus pembunuhan disini, dan kau pasti tahu apa tugasmu kan, Hisoka?” tuan Kazuya berkata sambil mengaduk teh nya.
“tentu saja aku tahu tuan”
“baiklah kalau begitu mulai bekerja, uangnya seperti biasa akan ku berikan setelah kau membunuh target itu”
Aku memanjat ke kamar tidur si detektif itu, jendelanya dikunci tapi aku sangat ahli dalam membuka nya. tidak perlu waktu lama untukku membukanya. aku masuk kedalam kamarnya, keadaan nya gelap. dan ini sangat menguntungkan untukku.
aku mengeluarkan belati dari ikat pinggangku. dengan mengendap-endap aku mulai mendekati ranjang tempat dimana detektif itu tertidur, dan kali ini untuk selamanya saat belatiku sudah berada dalam dirinya. aku sangat tidak sabar ingin merasakan darahnya. aku merasakan keinginan yang sangat menggebu-gebu dalam diriku.

aku berjalan semakin dekat dengan ranjangnya, dan detektif itu pun berbalik. aku terkejut. ternyata seorang perempuan! tuah Kazuya tidak menjelaskan padaku kalau dia adalah perempuan! sial! sekarang aku jadi ragu untuk membunuhnya!
seketika itu juga aku jadi lemas, dan aku duduk di pinggir ranjangnya. memikirkan langkah selanjutnya apa yang harus kulakukan. apakah akan tetap membunuhnya atau apa?
dalam gelap aku memberhatikan wajahnya, sangat familiar. dan seketika itu juga bayangan masa lalu menyeruak kembali. dia seperti gadis yang kuselamatkan dulu. apakah benar ini dia?
aku memperhatikannya lebih dalam dan tiba-tiba dia terbangun. dia tidak berteriak dia hanya terdiam menatapku dalam ketakutan dan dengan cekatan dia bergerak untuk menyalakan lampu di dekat ranjangnya tapi aku lebih cepat, aku mencengkram tangannya, dia menjadi kaget.. oh kuharap aku tidak terlalu kuat menggengamnya..
aku menariknya hingga dia terduduk. aku ingin tahu apakah dia mengingatku setelah sekian lama ini.. aku mendekatkan tubuhku padanya, dan berbisik di telinganya “Selamat datang kembali tuan putri..” dan dia masih terdiam tercekat. aku menyalakan lampu yang tadinya akan dinyalakan olehnya.

ya, ini memang dia, gadis yang dulu itu.. walaupun dia banyak berubah tapi aku rasa aku mengenalnya. dia semakin dewasa. tentu saja, sudah bertahun berlalu sejak terakhir aku menemuinya.
apakah dia masih mengingatku? aku bergulat dalam pikiranku.

dia masih menatapku, mata hitam itu. mata yang membuatku merasa sejuk, mata yang pernah menangis basah dan ku usap airmatanya. ya! itu dia.. dia telah kembali! dan tiba-tiba saja aku merasa sangat bahagia.
“Kau banyak berubah, aku pada awalnya tidak yakin kalau ini kau..” Dia masih menatapku dalam diam “Tapi satu ini yang tidak pernah berubah. Saat kau takut, kau selalu tidak dapat berkata-kata..” aku melanjutkan kalimatku.
“Kau.. Siapa?”
Wah pertanyaannya entah mengapa membuat hatiku sesak, ternyata dia lupa padaku. “Apa? Kau melupakanku?” aku beranjak dari posisi dudukku.“Hehehe.. Aku tidak menyangka kau lupa.. I am your savior..”
saat aku berkata seperti itu, angin masuk menerpa. detektif itu terlihat lengah dan aku segera berlari ke jendela dan melompat keluar. aku terus berlari.
aku masih tidak bisa menenangkan hatiku.

mata hitam gelap itu, haruskah aku membunuhnya?
aku berhenti berlari, lalu bersandar di bawah pohon.
pikiranku masih bergulat, ada yang ingin menyelesaikan tugas tapi yang lainnya tidak ingin, sepanjang karirku baru kali ini aku merasa sangat bingung apa yang harus kulakukan..
tapi.. kenapa dia bisa lupa padaku?
angin berhembus dan menjatuhkan percikan air ke wajahku. aku mengusapnya dan melihat tanganku ada bekas make up pantomime yang ku pakai..
haha.. tentu saja dia tidak tahu siapa aku.. dengan gelinya aku menertawai diriku sendiri yang lupa bawa sedang memakai make up.
aku merogoh kantongku dan membuka satu bungkus permen karet Bungee. Permen  karet istimewa yang membuat aku selalu terkenang akan gadis yang kuselamatkan 6 tahun lalu..

“Dia kembali…” aku berbisik.. berharap bisikanku terbawa angin dan sampai kepada pemilik mata hitam itu..


___End Part 3___


0 komentar:

Post a Comment

TInggalkan pesan anda, berikan saran agar saya lebih baik lagi kedepannya! :)